This is featured post 1 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 2 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 3 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
Tuesday, December 30, 2014
8:10 AM
Unknown
1.
Pengertian
Diskriminasi
Secara bahasa diskriminasi berasal dari bahasa
Inggris “Discriminate” yang berarti
membedakan. Dan dalam bahasa Arab istilah diskriminasi dikenal dengan “Al-Muhabbah” yang artinya membedakan kasih antara satu dengan
yang lain atau pilih kasih. Kosa kata Discrirminate
ini kemudian diadopsi menjadi kosa kata bahasa Indonesia “Diskriminasi” yaitu suatu sikap yang membeda-bedakan orang lain
berdasarkan suku, ras, bahasa, budaya, ataupun agama.
Pada kenyataanya banyak manusia yang memiliki sifat
serakah dan salah arah serta tidak tahu diri. Banyak di antara manusia yang
menganggap bahwa kemuliaan seseorang terletak pada harta, pangkat atau jabatan
yang disandang, kecantikan yang dimilikinya. Nabi saw. pernah bersabda,
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuhmu, atau parasmu, akan tetapi dia
melihat kepada hati dan kelakuanmu.” Secara konsepsional setiap manusia sebagai
makhluk sosial memiliki kebutuhan intergratif, sebagai kebutuhan manusia yang
merindukan akan kebersamaan, bersatu, dan terpadu. Sebagai makhluk pemikir dan
bermoral manusia selalu berpikir dan berupaya agar mereka tetap bersatu dan
terpadu. Manusia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tapi juga memikirkan
orang lain. Seseorang menciptakan sesuatu bukan hanya berfungsi untuk dirinya
sendiri, tetapi berfungsi untuk kebutuhan orang banyak. Sebagai makhluk
bermoral manusia bertindak sesuai dengan prinsip moralitas. Oleh karena itu,
menurut sudut pandang sosiologi, sampai kapanpun, setiap manusia menginginkan
adanya kebersamaan, bersatu, dan terpadu, keinginan ini didasarkan pada
prinsip:
a.
Benar salah;
Adanya prinsip benar salah ini menjadikan seseorang tidak bisa sembarangan
bertindak atau melakukan sesuatu sekehendak hatinya sendiri. Tindakan manusia
yang dapat dibenarkan manusia ialah tindakan yang dilakukan seseorang sesuai
dengan norma yang berlaku. Prinsip benar dan salah mendukung terwujudnya
keteraturan sosial. Hal tersebut merupakan kebutuhan manusia dalam
mempersatukan individu denga individu lainnya dalam hidup bermasyarakat. Dalam
upaya menemukan nilai-nilai kebenaran, manusia tidak hanya mengandalkan
kemampuan berpikirnya, tetapi berpedoman nilai-nilai agama yang dianut, karena
kebenaran agama bersifat mutlak dan abadi. Prinsip benar dan salah dapat
mengembangkan nilai-nilai persatuan.
b.
Pengungkapan
perasaan kebersamaan; pengungkapan perasaan ini terwujud dalam bentuk, seperti
perkumpulan, kekerabatan, keluarga, suku bangsa, organisasi, negara, dan
badan-badan internasional. Setiap manusia memiliki kebutuhan untuk bersatu dan
bersama, yang kemudian dia wujudkan dalam suatu wadah bersama.
c.
Keyakinan diri
(cinvidence) dan keberadaan (exsistence); perasaan keyakinan diri yang dimiliki
oleh manusia mampu memberikan kepercayaan dan rasa aman bagi dirinya, sehingga
tidak menganggap unsur lain di luar dirinya sebagai sesuatu yang berbahaya,
maupun ancaman yang perlu dihindari. Manusia harus memiliki keyakinan diri, baik
keyakinan akan kemampuan dirinya maupun keyakinan kekuasaan di luar dirinya.
d.
Pengungkapan
estetika dan keindahan; manusia dalam hidupnya memerlukan kebutuhan batin atau
kejiwaan manusia. Pengungkapan estetika adalah manivestasi kebutuhan batiniah
sebagai makhluk berpikir dan bermoral. Keindahan yang terwujud dalam berbagai
ragam kesenian diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhan akan pengungkapan
rasa estetika yang dimilikinya.
Sebagai bentuk tuntutan aktualisasi diri dalam
kehidupan pribadi dan sosialnya, maka sebagai seorang mu’min harus mampu
meneladani Rasulullah. Beliau tidak pernah membedakan atau pilih kasih terhadap
semua manusia dan memperlakukan setiap orang secara setara. Sehingga tidak ada
seorang pun yang hadir dalam suatu pertemuan, sebagai orang lain yang menerima
perlakuan yang berbeda. Jika seseorang mendatangi beliau, dan meminta sesuatu
kepada beliau, beliau akan memberinya atau setidaknya menanggapinya dengan
kata-kata yang baik. Sikap beliau meluas kepada setiap orang, bahkan beliau menjadi
seperti seorang ayah bagi siapapun.
Orang-orang yang berkumpul dan berhubungan bersama
beliau benar-benar menyatu, tidak ada diantara mereka yang rendah hati karena
kemiskinannya atau sombong karena status, kedudukan, dan jabatannya, yang
membedakan di antara mereka ketakwaannya. Mereka memiliki sifat ramah,
menghormati orang yang lebih tua, menunjukkan kasih sayang kepada orang yang
lebih muda, memberikan prioritas kepada orang-orang yan memerlukan dan menjaga
orang asing.
Rasulullah memiliki sifat tidak suka berdebat, tidak
banyak bicara, tidak mencampuri urusan-urusan yang bukan urusan beliau.
Rasulullah tidak pernah mengkritik, mendiskreditkan orang lain, dan tidak
pernah juga mengatakan kepada seseorang “memalukan kamu ini,” dan tidak pernah
mengatakan sesuatu melainkan kata-kata yang akan memberi pahala. Ketika para
sahabat kurang taat dalam menjalankan tugas dalam perang uhud dan umat Islam
mengalami kekalahan bahkan paman Beliau sendiri syahid dalam perang tersebut,
namun beliau tetap bersikap lemah lembut dan tidak sedikitpun muncul sikap
marah. Ketika beliau berbicara, orang-orang yang ada di sekitar beliau akan
mendengarkan dengan serius, duduk tenang seolah-olah ada burung di kepala
mereka. Ketika beliau diam, orang lain gantian berbicara. Mereka tidak pernah
berdebat di hadapan beliau. Mereka akan tersenyum pada apa yang nabi tersenyum,
dan akan terkesan pada apa yang nabi terkesan. Beliau sabar dengan orang asing
yang kasar dalam berbicara atau bertanya, dan para sahabat beliau akan bertanya
kepada orang asing itu dengan perkataan yang ramah. (Roli Abdul Rahman, Menjaga Aqidah dan Akhlak, hal. 110-112,
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007)
2.
Jenis Perbuatan
Diskriminasi
Munculnya perilaku diskriminasi lebih disebabkan
oleh adanya penyimpangan individual, penyimpangan ini biasanya dilakukan oelh
orang yang telah mengabaikan dan menolak norma-norma yang berlaku dalam
kehidupan masyarakat. Orang sperti ini biasanya mempunyai kelainan atau
mempunyai penyakit mental sehingga tak dapat mengendalikan dirinya.
Sebagai
gambaran, seorang anak dari beberapa saudara muncul sifat kelainan yaitu rakus
lalu ingin menguasai harta peninggalan orang tuanya. Ia mengabaikan
saudara-saudaranya yang lain. Ia menolak norma-norma pembagian warisan menurut
norma masyarakat maupun norma agam. Ia menjual semua peninggalan harta orang
tuanya untuk kepentingan dirinya sendiri dan mengabaikan saudara-saudaranya
yang lain.
Penyimpangan perilaku yang seperti inilah menjadi
faktor munculnya sikap diskriminasi yang paling dominan dalam kehidupan
masyarakat. Adapun bentuk penyimpangan perilaku individual menurut kadar
penyimpangannya adalah sebagai berikut:
a.
Penyimpangan
tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang tidak sesuai
dengan nilai Islam.
b.
Penyimpangan
karena tidak taat terhadap pimpinan yang disebut pembangkang.
c.
Penyimpangan
karena melanggar norma umum yang berlaku disebut pelanggar.
d.
Penyimpangan
karena tidak menempati janji, berkata bohong, berkianat kepercayaan, kianat, dan
berlagak membela, disebut munafik.
Dalam kehidupan masyarakat juga terdapat perbedaan
sosial yang perwujudannya adalah penggolongan penduduk atas dasar
perbedaan-perbedaan dalam hal yang tidak menunjukkan tingkatan, antara lain
ras, agama, jenis kelamin, profesi, klan, dan suku bengsa.
Perbedaan sosial (diferensiasi) menunjukkan adanay
keanekaragaman dalam masyarakat. Suatu masyarakat yang di dalamnya terdiri atas
berbagai unsur menunjukkan perbedaan tidak bertingkat (horizontal) disebut
masyarakat majemuk. Contoh, masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai
macam unsur ras, suku bangsa, bahasa, agama, dan kebudayaan, disebut masyarakat
bangsa, yakni suatu masyarakat yang tidak disatukan oleh kesamaan apapun.
Dorongan bersatunya bangsa Indonesia terletak pada hasrat atau kemauan.
Terjadinya bentuk-bentuk perbedaan sosial dalam
masyarakat diakibatkan oleh adanya ciri-ciri tertentu, yaitu ciri-ciri fisik,
sosial, dan budaya.
a.
Ciri-ciri fisik,
yang berkaitan dengan ras; yaitu penggolongan manusia atas dasar persamaan
ciri-ciri fisik yang tampak dari luar, seperti bentuk kepala, bentuk badan,
bentuk hidung, bentuk rambut, bentuk muka dan tulang rahang bawah, serta warna
kulit, rambut, dan mata. Perbedaan ciri-ciri fisik sangat dirasakan pada
masyarakat dalam negara yang menjalankan politik diskriminasi rasial, misalnya
politik Apartheid di Afrika Selatan, sebelum presiden Nelson Mandela.
b.
Ciri-ciri
sosial, yaitu yang berkaitan dengan status dan peran para warga masyarakat
dalam kehidupan sosial. Setiap orang melakukan berbagai peran untuk kepentingan
dirinya sendiri atau kepentingan masyarakat. Hal itu berkaitan dengan pekerjaan
atau profesi para warga masyarakat, termasuk mata pencahariannya. Pekerjaan ada
kaitannya dengan penghasilan sehingga menimbulkan kesan adanya tingkatan tinggi
rendah. Namun, antara pekerjaan yang satu dengan yang lain tidak menunjukkan
tingkatan, tetapi ada perbedaan. Misalnya, antara petani, pedagang, guru, dan
pegawai.
c.
Ciri-ciri
budaya, yaitu ciri yang merupakan budaya dan suku. Dalam kehidupan masyarakat
digolongkan menjadi masyarakat Batak, Bugis, Lombok, Toraja, Ambon, Asmat,
Jawa, dan lainnya atau dalam linkup yang lebih luas, misalnya masyarakat
Afrika, Asia, Amerika, atau Eropa. Penggolongan ini didasarkan atas ciri-ciri
yang dimiliki masing-masing budaya.
Dengan adanya perbedaan sosial (diferensiasi) maka
dapat kita katakan bahwa diferensiasi merupakan awal adanya stratifikasi dan
menjadi pemicu munculnya sikap diskriminasi. Namun, tidak dapat ditafsirkan
bahwa semua diferensiasi akan mendorong lahirnya stratifikasi sosial dan
menjadi pemicu munculnya sikap diskriminasi. Stratifikasi sosial dapat
memperkuat adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.
Namun pada kenyataannya, di dalam masyarakat juga
terdapat potensi yang mendorong terhapusnya perbedaan-perbedaan. Misalnya
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menghapus perbedaan antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain, atau suku bangsa yang satu
dengan suku bansa yang lain. Ada enam macam diferensiasi sosial, yaitu:
1.
Diferensiasi
sosial berdasarkan perbedaan RAS; ciri-ciri yang menjadi dasar pembagian RAS
adalh sebagai berikut:
a.
Bentuk kepala (cephalicus).
b.
Bentuk badan.
c.
Bentuk hidung.
d.
Bentuk rambut.
e.
Warna kulit.
f.
Warna mata.
g.
Bentuk muka.
2.
Diferensiasi sosial
berdasarkan perbedaan agama.
3.
Diferensiasi
sosial berdasarkan perbedaan jenis kelamin.
4.
Diferensiasi
sosial berdasarkan perbedaan umur.
5.
Diferensiasi
sosial berdasarkan profesi.
6.
Diferensiasi
sosial berdasarkan perbedaan klan.
7.
Diferensiasi
sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa.
(Roli
Abdul Rahman, Menjaga Aqidah dan Akhlak,
hal. 112-113, Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007)
3.
Dampak Negatif
Diskriminasi
a.
Memicu munculnya
sektarianisme.
b.
Memunculkan
permusuhan antar kelompok.
c.
Mengundang
masalah sosial yang baru.
d.
Menciptakan
penindasan dan otoritarianisme dalam kehidupan.
e.
Menghambat
kesejahteraan kehidupan.
f.
Menghalangi
tegaknya keadilan.
g.
Menjadi pintu
kehancuran masyarakat.
h.
Mempersulit
penyelesaian masalah.
4.
Cara Menghidari
Diskriminasi
Untuk menghindari sikap dikriminasi, maka setiap
muslim harus mengedepankan sikap musawah. Sikap musawah (persamaan) cukup urgen
dalam kehidupan modern. Sikap ini memiliki tujuan untuk menciptakan rasa
kesejajaran, persamaan, dan kebersamaan serta penghargaan terhadap sesama
manusia sebagai makhluk Tuhan. Menempatkan sesama manusia pada posisi sejajar
merupakan keutamaan yang akan menyadarkan setiap orang untuk memberikan yang
terbaik dari apa yang dapat dilakukan.
Sehingga sikap musawah akan menjadi jalan baru bagi
sesama manusia untuk melakukan kebajikan dalam rangka membangun kebersamaan dan
kemaslahatan. Pengakuan terhadap persamaan harkat, martabat, dan derajat
kemanusiaan, merupakan perwujudan keimanan (tauhid) seseorang dan akan membawa
pada tingkat ketakwaan yang tinggi.
Pengelompokkan
dan solidaritas dipandang Al-Qur’an sebagai fitrah, Sunatullah yang tidak akan
berubah. Firman Allah:
“Bagi mereka berita gembira di dalam
kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi
kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang
besar.” (QS. Yunus: 64)
Demikian pula ditegaskan Allah
dalam Al-Qur’an:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS. al-Hujurat: 13)
Manusia yang secara fitrah
diciptakan dengan memiliki keragaman, dihaapkan dapat saling mengenal, dengan
cara ini akan muncul pemahaman untuk saling mengakui kesamaan, sehingga pada
akhirnya akan bersama-sama untuk memperjuangkan kebaikan dan kemaslahatan
bersama dalam tatanan sosial kemasyarakatan. Kehadiran Rasulullah di
tengah-tengah masyarakat Madinah, menjadi bukti betapa pentingnya menjauhkan
sikap diskriminasi dan mengendepankan sikap musawah.
Dengan sikap ini Rasulullah dengan
sahabat setianya dengan tulus oleh kaum Anshor . Demikian pula Rasulullah saw.
tidak pernah melebihkan antara sahabat satu dengan lainnya. Bahkan ketika
menjadi pemimpin negara Madinah, beliau tidak pernah menomor duakan warganya,
lantaran sentimen agama, kelompok ras dan budaya. Semua warga memiliki hak yang
sama untuk dihormati dan diperhatikan serta diberikan pelayanan sebagaimana
yang lain selama tidak saling mengganggu dan memusuhinya. Sifat musawah akan
menwujudkan sikap saling menghargai dan melindungi kehormatan serta keselamatan
sesama.
Sebagai sebuah masyarakat yang
majemuk, sikap diskriminasi harus dijauhkan dari pergaulan manusia. Sebab
muslim wajib mengedepankan sikap musawah, kerana sikap persamaan merupakan
pilar utama dimana hak dan kewajiban ditegakkan atas dasar kesadaran bersama.
Dengan demikian tidak ada warga yang merasa dipinggirkan lantaran sentimen
agama, kelompok, suku, ras, dan budaya. Semua warga negara memiliki hak yang
sama untuk dihormati dan diperhatikan sebagai komunitas masyarakat dan bangsa
yang mendiami suatu negeri. Diskriminasi dengan atas nama apapun termasuk
dengan simbol-simbol agama, merupakan bagian dari bentuk pelanggaran terhadap
hak dan persamaan hidup. Jadi, dalam masyarakat demokratis tidak dikenal
istilah superioritas atau yunioritas satu sama lain. Karena dikotomi hak akan
dapat menimbulkan konflik sosial dan kadang-kadang justru berujung pada konflik
agama dan keyakinan yang pada akhirnya akan menjauhkan masyarakat dari
kehidupan yang di rahmati Allah sebagaimana ungkapan “baldatun thoyyibatun
warabbun ghafur.”
Di samping persamaan, untuk
menghindari sikap diskriminasi, maka harus ditonjolkan persaudaraan sesama
orang beriman dan bahkan kepada sesama manusia. Sejarah telah mencatat dengan
tintah emas, betapa indah dan tulusnya persaudaraan antara kaum pendatang dari
Mekkah dengan kaum penolong dari Madinah. Mereka rela berbagi apa saja untuk
saudaranya seiman. Demikianlah persaudaraan Islam betul-betul merupakan nikmat
Allah yang harus disyukuri dan dipelihara sebagaimana firman Allah:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imron: 103)
Supaya persaudaraan yang dijalin dapat
tegak dengan kokoh, maka diperlukan empat tiang penyangga utamanya, yaitu:
1.
Ta’aruf yaitu
saling keal mengenal yang tidak hanya bersifat fisik atau biodata ringkas
belaka, tetapi lebih jauh lagi menyangkut latar belakang pendidikan, budaya,
keagamaan, pemikiran, ide-ide, cita-cita serta problema kehidupan yang
dihadapi.
2.
Tafahum yaitu
saling memahami kelebihan dan kekurangan, kekuatan, dan kelemahan
masing-masing, sehingga segala macam bentuk kesalapahaman dapat dihindari.
3.
Ta’awun yaitu
saling tolong menolong, dimana yang kuat menolong yang lebih dan yang memiliki
kelebihan menolong yang kekurangan, dengan konsep ini maka kerjasama akan
tercipta dengan baik dan saling menguntungkan sesuai fungsi dan kemampuan
masing-masing.
4.
Tafakul yaitu
saling memberikan jaminan, sehingga menimbulkan rasa aman, tidak ada rasa
kekhwatiran dan kecemasan menghadapi hidup ini, karena ada jaminan dari sesama
saudara untuk memberikan pertolongan yang diperlukan dalam menjalani kehidupan.
5.
Hikmah
Menghindari Diskriminasi
1.
Mengutamakan
orang lain.
2.
Meringankan
beban orang lain.
3.
Tidak menjadi
beban orang lain.
4.
Ramah tamah
terhadap sesama manusia.
5.
Berperilaku
sesuai ajaran Islam.
6.
Wajar dan
realistis.
7:57 AM
Unknown
seperti kebiasaan para
ulama salaf dalam menulis setiap buku selalu mengetengahkan dan meletakkan
basmalah Imam Ghozali juga mengawali
dengan kalimat tersebut. Syek Nawawi sebagai penjelas kitab beliau,
turut mengulas dengan indah dan penuh pelajaran untuk kita.
Menurut Syek Nawawi,
kalimat Basmalah merupakan kesatuan dari empat kata yang berdiri secara berjajar:
Hal ini sebagai isyarat adanya pertolongan Allah kepada para hamba-Nya yang
beriman dari ganguan setan.
Sebagaimana yang
diinformasikan Al-Qur’an:
“Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka,
dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan
mereka bersyukur (taat).” (QS. Al-A’rof: 17)
Berdasarkan ayat di
atas, menurut Syek Nawawi, dengan membaca Basmalah Allah swt akan memberikan
perlindungan dan pengayoman dari segala marabahaya dan rasa was-was, di samping
itu, sebagai petunjuk bahwa kemaksiatan seseorang berporos pada empat hal:
-
Kemaksiatan yang
dilakukan secara sembunyi-sumbunyi.
-
Terang-terangan.
-
Di waktu pagi.
-
Di waktu siang.
Dengan membaca basmalah,
dosa aneka kemaksiatan terhapus dan pupus berkat Basmalah adalah:
Pertama, Ba’: Baro-atulloh.
Artinya, jaminan
keselamatan kepada orang-orang yang berbahagia dengan iman dalam dadanya. Dalam
makna yang lebih dalam, orang beriman tidak boleh alpa dari membaca Basmalah
dalam keadaan apapun, selama perbuatan itu berada dalam kebaikan.
Kedua, Sin: Satrulloh.
Artinya, perlindungan
Allah. Makna ini memberi penjelasan bahwa orang mukmin tidak pernah melewatkan
tiap langkahnya dengan membaca Basmalah yang dengannya, kala ia bertemu orang
yang melawan Allah, ia berlindung dari kebodohannya.
Ketiga, Mim: Mahabbattuhu.
Artinya, rasa cinta
Allah kepada seorang Muslim yang membaca Basmalah. Seseorang yang ingin
memperolah cintah Allah, tentulah bibirnya tidak kering dari Basmalah.
Keempat, Alif: Ulfatuhu.
Artinya, keramahan
Allah. Allah itu Maha Ramah, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Keramahan Allah
akan semakin muncul kepada mereka yang membaca Basmalah.
Kelima, Lam: Lathofatuhu.
Artinya, kelembutan
Allah. Hikmah di balik membaca Basmalah mendapat kenyamanan dan kelembutan
dalam hatinya. Sikap dan sifat jelek akan hilang berganti kebaikan dan hati
berhias kelembutan.
Keenam, Ha’: Hidayatuhu
Artinya, petunjuk
Allah. Seseorang yang membaca Basmalah, akan terbimbing dan terarah dalam
naungan hidayah.
Ketujuh, Ro’: Ridhwanuhu.
Artinya, kerelaan
Allah. Ridho Allah akan menempel pada sosok insan yang melafalkan Basmalah.
Jika Allah telah ridho pada seseorang, tidak akan lagi gunda dan gulana, karena
ridho-Nya telah hinggap dalam diri. Pelaku maksiat pun yang membaca Basmalah
dengan niat taubat kepada Allah, maka bacaan tersebut menjadi jembatan ridho
Allah.
Kedelapan, cHa: cHilmuhu.
Artinya, kesabaran
Allah. Hikmah ini memberi pelajaran tentang kesabaran Allah pada orang-orang
yang berdosa. Mereka yang berbuat aniaya, kedholiman, kegaduhan, keresahan yang
merugikan umat manusia, akan tetap memperoleh kesabaran dari Allah dengan
bacaan Basmalah.
Kesembilan, Mim: Minnatuhu
Artinya, anugerah
Allah. Orang-orang beriman yang membaca Basmalah mendapat anugerah, kebajikan
dan anugerah Allah. Oleh karenanya, setiap perbuatan dan perkataan yang diawali
dengan Basmalah, menjadi berkah untuk semua.
Kesepuluh, Nun: Nurul Ma’arif
Artinya, cahaya
perngetahuan. Dengan kata lain, kalimat Basmalah mengandung unsur cahaya Ilahi.
Dan cahaya itu diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa.
Kesebelas, Ya’: Yadullah
Artinya, tangan Allah.
Allah memberikan penjagaan pada diri orang yang membaca Basmalah. Bacalah pada
saat di rumah, di kendaraan, di tempat kerja dan di mana saja. Dengan membaca
Basmalah, Allah turunkan pernjagaan dan perlindungan kepadanya.
Dahsyatnya Basmallah
Basmalah adalah bagian
dari ayat yang ada dalam Al-Qur’an, ia ialah kalam Allah yang Maha Agung dan
Maha Perkasa. Mungkin sebab minimnya pemahaman kita seputar makna Basmalah atau
tidak tahunya kita akan kedahsyatan fungsinya, sehingga kita menyepelekan
bacaan tersebut. Atau sewaktu kita membacanya tidak merasakan nuansa yang
religius dan juga tidak merasakan kehadiran Allah bersamanya. Sebabnya, saat
kita lupa membaca Basmalah di setiap memulai aktifitas dan kegiatan, kita tidak
merasa ada sesuatu yang kurang atau ganjil. Padahal kalau kita simak bagaimana
terjadinya perubahan fenomenal alam saat Basmalah itu turun,kita akan menjumpai
betapa dahsyatnya kalimat Basmalah tersebut, dan betapa pentingnya kalimat itu
untuk diucapkan saat memulai segala aktifitas. Simaklah yang dikemukakan
sahabat Rasulullah saw. yang menceritakan terjadinya perubahan alam saat turun
ayat Basmalah.
Jabir ra bin Abdullah
berkata:
“Saat Bismillahirrohmanirrohim
turun. Mendung tebal bergeser dan bergerak ke arah timur. Angin pun terhenti.
Air laut bergelora dan bergelombang. Hewan-hewan mendengarkannya dengan
seksama. Syetan-syetan dilempari bintang dari arah langit. Dan Allah bersumpah
dengan kemuliaan dan keagungan-Nya. Tidaklah sesuatu diamalkan dengan
menggunakan nama-Nya kecuali Allah akan memberkahinya.” (Tafsir Ibnu Katsir:
1/22 dan Fathul-Qodir: 1/18)
Lalu Sayyidina ‘Aisyah
menguatkan apa yang ditanyakan Jabir ra di atas dengan perkataannya:
“Saat-saat
Bismillahirrohmanirrohim turun. Bergetarlah gunung-gunung sampai para penduduk
Mekkah mendengar gemuruhnya. Mereka berkata: ‘Muhammad telah menyihir
gunung-gunung.’ Lalu Allah mengirim mendung tebal hingga menaungi para penduduk
Mekkah. Lalu Rasulullah saw. bersabda: ‘Barangsiapa membaca Basmalah dengan
keyakinan yang mantap, maka gunung-gunung akan bertasbih bersamanya.’”
7:41 AM
Unknown
1.
Kenabian Yusuf
as
Yusuf adalah salah seorang putra Ya’qub yang diutus
oleh Allah menjadi Nabi. Dan Allah menerangkan kenabian Yusuf di dalam
Al-Qur’an:
“Dan
sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu (Muhammad) dengan membawa keterangan-keterangan,
tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawahnya kepadamu,
hingga ketika dia meninggal, kamu berkata: Allah tidak akan mengirim seorang
(rasulpun) sesudahnya. Demikianlah Allah menyesalkan orang-orang yang melampaui
batas dan ragu-ragu.” (QS. Al Mu’min: 34)
2.
Yusuf Bermimpi
Tentang mimpi Yusuf ini, diterangkan Allah dalam
Al-Qur’an:
“(Ingatlah)
ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi
melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan, kulihat semuanya bersujud
kepadaku.
Ayahnya berkata:
Hai anakku, janganlah kamu katakan mimpi itu kepada sudara-saudaramu, maka
mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya setan itu adalah
musuh yang nyata bagi manusia.
Dan demikianlah
Tuhanmu, memilih kamu untuk menjadi nabi dan diajarkanNya kepadamu sebagian
dari tabir-tabir mimpi dan disempurnakan nikmatNya kepadamu dan kepada keluarga
Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmatNya kepada kedua orang
bapakmu sebelum itu, yaitu Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhan Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Sesungguhnya ada
beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya
bagi orang-orang yang bertanya.”
(QS. Yusuf: 4-7)
3.
Yusuf
Disingkirkan Dari Keluarganya
Diantara anak-anak Ya’qub yang paling dicintai dan
disayangi adalah Yusuf dan Bunyamin, disamping karena keduanya mempunyai postur
tubuh yang baik, wajahnya yang tampan dan mempunyai budi pekerti yang baik,
karena cintanya, sehingga keduanya dianak emaskan, apalagi setelah Yusuf
memberitakan mimpinya kepada ayahnya, ia bertambah sayang dan cinta kepada
Yusuf. Karena adanya asih sayang yang berbeda itulah yang membuat saudaranya
yang lain iri hati kepada Yusuf. Karena didasari iri hati itulah sehingga
saudara-saudaranya yang lain berusaha menyingkirkan Yusuf dari keluarganya.
Sebagaimana firman Allah:
“Yaitu ketika
mereka berkata: Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih
dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (kita) adalah satu
golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang
nyata.
Bunuhlah Yusuf
atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu
tertumpuh kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang
yang baik.
Seorang diantara
mereka berkata:Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah ke dalam sumur
supaya dia dipungut oleh beberapa orang Musafir, jika kamu hendak berbuat.
Mereka berkata:
Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf,
padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya.
Biarkanlah dia
pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat)
bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya.
Berkata Ya’qub:
Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkan dan aku khawatir
kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya.
Mereka berkata:
Jika ia benar-benar dimakan serigala sedang kami golongan (yang kuat),
sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi.” (QS. Ysusf: 8-14)
4.
Yusuf Dimasukkan
Kedalam Sumur
Setelah ayahnya mengizinkan mengajak Yusuf pergi,
bergembiraralah hati mereka, karena keinginan mereka untuk menyingkirkan Yusuf
tercapai. Sebagaimana diterangkan Allah:
“Maka tatkala
mereka membawanya dan sepakat memasukkan kedasar sumur (lalu mereka memasukkan
dia) dan (diwaktu dia sudah berada didalam sumur) Kami wahyukan kepada Yusuf.
Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang
mereka tiada ingat lagi.
Kemudian mereka
datang kepada ayahnya diwaktu sore hari sambil menangis.
Mereka berkata:
Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan
Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dimakan serigala, dan kamu sekali-kali
tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar.
Mereka datang
membawa baju gemisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya’qub berkata:
Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu,
maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon
pertolongannya terhadap yang kamu ceritakan.”
(QS. Yusuf: 15-19)
5.
Yusuf Ditolong
Oleh Kalifah Pedagang
Stelah saudaranya berhasil memasukkan Yusuf kedalam
sumur, mereka mengira Yusuf sudah mati, padahal Allah mempunyai kehendak lain,
sehingga rombongan pedagang yang hendak pergi ke Mesir dan istriahat di dekat
sumur tempat Yusuf dibuang.
Ketika para pedagang itu mengambil air dilihatnya
didalam ada seorang laki-laki muda yang tampan, setelah Yusuf diselamatkan,
Yusuf dibawa ke Mesir. Ternyata di Mesir Yusuf dibeli oleh seorang menteri Raja
yang bernama Al ‘Aziz. Kemudian Yusuf dibawa pulang dan di serahkan kepada
permaisurinya yang bernama Zulaikah agar dirawat dengan baik, sehingga anak itu
betah tinggal di istana Raja, apalagi Zulaikah belum dikaruniai seorang anak.
Dan barangkali anak ini nanti dapat membawa manfaat atau diambil sebagai anak
angkat. Sebagaimana firman Allah:
“Kemudian
datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang mengambil
air, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata: Oh kabar gembira, ini seorang
anak muda! Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Dan orang Mesir
yang membelinya berkata kepada istrinya: berikanlah kepadanya tempat (dan
layanan) yang baik, boleh jadi berminat kepada kita atau kita pungut dia
sebagai anak angkat. Dan demikianlah Kami memberi kedudukan yang baik kepada
Yusuf di muka bumi (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya tabir mimpi. Dan
Allah berkuasa terhadap utusanNya tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahuinya.
Dan tatkala dia
cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Yusuf: 19-22)
6.
Permaisuri Al
‘Aziz Tertarik Ketampanan Yusuf
Ketampanan yang dimiliki oleh Yusuf membuat semua
wanita yang melihatnya tergila-gila kepadanya, termasuk permaisuri Al ‘Aziz
sendiri yang bernama Zulaikah yang merawat sejak kecil juga menatuh simpatik
kepada Yusuf, apalagi setelah Yusuf menginjak dewasa ketampanan dan kegagahan
Yusuf semakin mengagumkan, maka tidak heranlah kalau permaisuri Al ‘Aziz
menaruh simpatik dan mencintai Yusuf.
Pada saat yang ditunggu-tunggu, dimana Yusuf berada
dikamarnya sendiri, sedangkan suaminya Al ‘Aziz juga sedang berada diluar rumah
(pergi), maka Zulaikah memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mendapati Yusuf
dan melampiaskan cintanya kepada Yusuf.
Zulaikah dengan berpakaian serba menyolok dan
merangsang dengan bau yang harum mendekati Yusuf. Yusuf yang melihat keadaan
Zulaikah, hatinya berdebar-debar dan hampir tergoda. Dengan terburu-buru dan
mengerahkan segala kekuatannya, Yusuf melepaskan diri dari pelukan Zulaikah,
seketika itu Zulaikah menarik baju Yusuf dari belakang sampai robek, saat
itulah suaminya datang dan kejadian tersebut diketahui leh Al ‘Aziz,
sebagaimana firman Allah:
“Dan wanita
(Zulaikah) yang Yusuf tinggal dirumahnya menggoda Yusuf untuk menuduhkan
dirinya(kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: Marilah kesini!
Yusuf berkata: Aku berlindung kepada Allah , sungguh tuanku telah memperlakukan
aku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang dzalim tiada akan beruntung.
Sesungguhnya
waita itu telah bermaksud (melakukan) perbuata itu dengan Yusuf, dan Yusufpun
bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda
(dari) tuhannya.
Demikianlah agar
kami memalingkan daripada kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu
termasuk hamba-hamba yang terpilih.
Dan keduanya
berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari
belakang hingga koyak dan kedua-duanya medapati suami wanita itu dimuka pintu.
Wanita itu berkata: apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud seorang
dengan istrimu, selain dipenjarakan atau dihukum dengan adzab yang pedih.
Yusuf berkata:
Dia menggoda untuk menudukkan diriku (kepadanya), dan seorang saksi dari
keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: Jika baju gamisnya dimuka, maka
wanita itu benar, dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta.
Dan jika baju
gamisnya koyak dibelakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk
orang yang benar.
Maka tatkala
suaminya itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia:
Sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu
daya kamu adalah benar.
Hai Yusuf,
Berpalinglah dari ini (rahasiakanlah peristiwa ini) dan (kamu hai istriku)
mohonlah ampun atas dosamu itu karena kami sesungguhnya termasuk orang-orang
yang berbuat salah.” (QS. Yusuf:
23-24)
7.
Yusuf dan Para
Wanita
Peristiwa Zulaikah dengan Yusuf beritanya sudah
tersebar ditengah-tengah masyarakat, sehingga berita tersebut menjadi
pemberitaan di kalangan kaum wanita, akhirnya berita gunjingan itu sendiri
sampai ditelinga Zulaikah. Mendengar berita tersebut, Zulaikah berkeinginan
mengundang kaum wanita dengan acara makan-makan dirumahnya sambil memamerkan
ketampanan Yusuf.
Ketika wanita yang diundang sudah datang, Zulaikah
sengaja menyuruh Yusuf untuk menyuguhkan hidangan kepada para tamu. Ketika
Yusuf berjalan dengan membawa hidangan, salah seorang tamu ada yang mengelupas
buah-buahan, tanpa sengaja wanita tersebut tidak terasa kalau yang dikupas
adalah tangannya karena terperangah melihat ketampanan Nabi Yusuf. Sebagaimana
firman Allah:
“Maka tatkala
itu (Zulaikah) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan
disediakan bagi mereka tempat duduk, dan diberikan kepada mereka masing-masing
mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata kepada Yusuf:
Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka. Maka tatkala wanita-wanita itu
melihatnya, mereka kagum kepada keelokan rupanya dan mereka melukai (jari)
tangannya dan berkata: Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya
ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia.
Wanita itu
berkata: Itulah dia seorang yang kamu cela aku, karena (tertarik) kepadanya,
dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku)
akan tetapi di menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang kamu
perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjara dan dia akan termasuk
golongan orang yang hina.
Yusuf berkata:
Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi mereka kepadaku. Dan
jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan
cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan Aku termasuk menghindarkan
Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
Yusuf berkata:
Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka
kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu
aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk
orang-orang yang bodoh.
Maka Tuhannya
memperkenankan do’a Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka,
sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf: 30-34)
8.
Yusuf Dimasukkan
Penjara
Untuk menutupi kesalahan Zulaikah ditengah-tengah
masyarakat atas peristiwa dengan Yusuf, maka jalan satu-satunya adalah
memasukkan Yusuf kedalam penjara, supaya masyarakat menuduh, bahwa yang
melakukan perzinahan adalah Yusuf. Walaupun sudah jelas, bahwa Yusuf tidak
melakukan perbuatan yang sangat mesum.
Karena kekuasaan sepenuhnya ada ditangan Raja, maka
Yusuf tidak dapat membela diri, perasaan Yusuf ketika itu sedih bercampur
gembira. Sedih karena ia dipenjara dengan tuduhan hina, gembira karena Yusuf
terbebas dari rumah tuannya yang penuh dengan makar dan fitnahan. Sehingga
penjara lebih baik bagi Yusuf.
Yusuf dimasukkan penjara bersama kedua orang
temannya yang keduanya bekerja sebagai pelayan Raja, yang satu bernama Nabo
mempunyai tugas membuatkan minuman sang raja, sedangkan yang satunya bernama
Malhab yang mempunyai tugas membuat makanan kue-kue. Keduanya dimasukkan
penjara karena tuduhan berencana membunuh Raja dengan cara memasukkan racun
kedalam makanan dan minuman.
Setelah mereka bertiga tinggal dalam penjara,
keduanya sama menceritakan mimpinya yang pernah dialami waktu tidur, Nabo
menceritakan bahwa dirinya bermimpi memeras anggur yang akan dijadikan khomer,
sedangkan Malhab menceritakan mimpinya membawa kue diatas kepalanya, ketika itu
datanglah burung memakan kue itu.
Didalam penjara Yusuf berusaha mengajak kepada
teman-temannya agar mau menyembah kepada Allah, termasuk kepada kedua temanya
tersebut. Melalui mimpi tersebut, Yusuf mencoba mengajak kepada temannya agar
mau menyembah kepada Allah sebelum Yusuf menta’wilkan mimpi kedua temannya
tersebut.
9.
Yusuf
Menta’wailkan Mimpi Kedua Temannya
Sesudah Yusuf menasehati dan mengajak temannya untuk
beribadah kepada Allah, Tuhan sebenarnya, mulailah ia menceritakan makna yang
terkandung dalam mimpi kedua temannya tersebut. Engkau Nabo, yang bekerja
sebagai kepala minuman raja, bernasib baik dan bergembiralah engkau, karena
Raja akan membebaskan dan akan menempatkanmu pada jabatan semula, karena engkau
terbukti tidak bersalah. Sedangkan engkau Malhab, yang bekerja sebagai kepala
bagian kue-kue, akan bernasib buruk dan menyengsarakanmu, tuduhan terhadapmu
akan terbukti, dan raja akan menghukum mati terhadapmu dengan salib, dan
mayatmu akan dimakan burung buas mulai dari kepalamu.
Beberapa hari kemudian terbuktilah kebenaran Yusuf
dalam menta’wilkan mimpi dari kedua temannya. Benar terjadi dan dapat
disaksikan oleh kedua temannya. Menjelang dibebaskan dari penjara, Yusuf
berpesan kepada bagian minuman agar menceritakan kisahnya kepada Raja tentang
sebab-sebab ia dijerumuskan kedalam penjara. Sebagaimana firman Allah:
“Hai kedua
temanku dalam penjara: Adapun salah seorang diantara kamu berdua, akan memberi
tuannya dengan khomer, adapun seorang lagi maka ia akan disalib, lalu burung
memakan sabagian dari kepalanya. Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya
(kepadaku).
Dan Yusuf
berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat (Nabo) diantara mereka
berdua: Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu (rajamu). Maka syaitan menjadikan
dia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu tetaplah dia
(Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya.”
(QS. Yusuf 41-42)
10. Raja Al ‘Aziz Bermimpi
Ketika Yusuf tinggal sendirian didalam penjara, Raja
Al ‘Aziz bermimpi dan kali ini mimpinya sangat menggelisahkan dan merasuki alam
fikirnya. Maka seketika itu juga sang Raja mengumpulkan para tukang ramal untuk
menta’wilkan mimpinya, setelah para tukang ramal itu berkumpul, sang Raja
menceritakan mimpinya: Tadi malam aku bermimpi bahwa saya melihat tujuh ekor
sapi yang kurus kering bentuk tubuhnya sedang memakan tujuh ekor sapi gemuk.
Cobalah kalian meramalkan mimpi tersebut, perintah sang Raja kepada tukang
ramal.
Dengan kebingungan dan ragu-ragu para tukang ramal
menjawab: Itu adalah mimpi kosong, mimpi yang tidak berarti dan yang terakhir
para tukang ramal itu mengatakan bahwa tidak ahli dalam menta’wilkan mimpi.
Mendengar jawaban tukang ramal, salah seorang
pelayan Raja bagian minuman yang pernah diselamatkan dari penjara waktu itu
bersama Yusuf, ingat akan wajah Yusuf dan ingat akan kehebatan dalam
menta’wilkan mimpi. Akhirnya pelayan tersebutmemberanikan diri menghadap Raja
untuk memberitahu Raja tentang kehebatan Yusuf dalam menta’wilkan mimpi yang
sekarang tinggal didalam penjara.
Mendengar kabar dari pelayannya tersebut, Raja
langsung menyuruh kepada pelayan (Nabo) untuk memanggil Yusuf, guna
menta’wilkan mimpi yang merisaukan pikiran sang Raja.
11. Yusuf Menta’wilkan Mimpi Sang Raja
Setelah sang pelayan mendatangi dan menceritakan
perintah Raja untuk menta’wilkan mimpinya, maka Yusuf minta agar dijelaskan
mimpi yang dialami oleh Raja, setelah mendengar penjelasan temannya, Yusuf
menerangkan dan memberi jalan keluar tentang mimpi sang Raja. Yusuf mengatakan:
Bahwa Mesir akan mengalami masa subur selama tujuh tahun, maka pada waktu itu
para penduduk harus memanfaatkan masa subur tersebut dengan bercocok tanam dan
pada saat itu hasil pertanian akan melimpah ruah. Kemudian setelah itu akan
datang musim paceklik selama tujuh tahun pula, oleh karena itu hasil panen pada
musim subur harus disimpan, kecuali yang dipakai untuk memenuhi kehidupan
sehari-hari, sehingga nanti bila datang paceklik mempunyai cadangan hasil panen
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
12. Yusuf Menjadi Menteri Ekonomi di Mesir
Setelah sang pelayan (Nabo) menghadap Raja dan
menceritakan ta’wil mimpinya, sang Raja tertarik atas uraian yang disampaikan
oleh Nabo sesuai dengan yang dita’wilkan oleh Yusuf. Setelah itu sang Raja
meminta agar dirinya ditemukan dengan Yusuf untuk membicarakan tentang ta’wil
mimpinya.
Berdasarkan hal-hal yng disampaikan oleh Yusuf, maka
Yusuf pantas menduduki jabatan penting dalam Negeri ini. Dalam pertemuannya
dengan Yusuf, Al ‘Aziz bersama permaisurinya menawarkan kepada Yusuf untuk
menduduki tempat tertinggi di negeri ini. Yusuf berfikir sejenak, jabatan apa
yang kira-kira pantas bagi dirinya. Akhirnya Yusuf minta kepada Raja, agar
diberikan jabatan sebagai pengawas dibidang ekonomi (menteri ekonomi) agar
nanti dapat mengantisipasi datangnya musim subur dan datangnya musim paceklik.
Raja mengabulkan permintaan Yusuf, yang nanti dapat
megendalikan seluruh kebijakan dibidang ekonomi di Mesir. Itulah ketentuan
Allah kepada hamba-hambaNya yang sholeh yang bakal mendapatkan kedudukan
terhormat di dunia dan tempat yang terhormat diakhirat nanti.
13. Saudara-Saudara Yusuf Datang ke Negeri Mesir
Memang benar dan terbukti apa yang pernah
dita’wilkan oleh Yusuf terhadap mimpi Raja Mesir benar-benar terjadi, dimana
musim subur yan berlangsung selama tujuh tahun sudah berganti dengan musim
kemarau dan paceklik juga berlangsung tujuh tahun. Musim paceklik tidak hanya
terjadi di Mesir saja, tetapi juga terjadi di Palestina.
Pada musim paceklik ini, negeri Mesir sudah
mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup, karena pada musim subur, Negeri
ini menyimpan hasil panennya sesuai dengan kebijaksanaan pengawas ekonomi,
yaitu Yusuf. Berbeda dengan Palestina yang tidak mempunyai cadangan pangan
untuk musim paceklik, sehingga penduduk berbondong-bondong datang ke Mesir
minta bantuan bahan pangan termasuk saudara-saudara Yusuf.
Sesampainya di Mesir, saudara-saudara Yusuf tidak
tahu kalau yang menjadi menteri perekonomian dan yang membagi-bagikan gandum
itu saudaranya sendiri, tapi Yusuf mengetahui bahwa diantara orang-orang
Palestina yang datang itu ada saudaranya, sehingga saudaranya itu diperlakukan
seperti tamu agung, menjamu mereka dengan jamuan yang lezat, memberi gandum
lebih banyak daripada yang lainnya, dan mereka juga diberi bekal untuk pulang
ke Palestina, ketika mereka akan pulang, Yusuf berkata: Bawalah saudaramu yang
seayah (yang bernama Bunyamin) kemari, kalau tidak kamu bawa kemari, maka tidak
akan saya layani dan kalian tidak diperbolehkan masuk ke Negeri ini. Maksud
Yusuf mengancam demikian supaya mereka mau membujuk Bunyamin ikut kemari.
14. Saudara-Saudara Yusuf Menghadap Ayah Mereka
Setelah sampai di rumah, mereka langsung menghadap
ayahnya dan menyampaikan pesan Menteri Perekonomian kepada ayahnya. Pada
mulanya Ya’qub merasa keberatan melepaskan Bunyamin untuk pergi bersama
saudaranya ke Mesir, karena ia merasa takut kalau Bunyamin diperlakukan seperti
Yusuf. Namun atas desakan saudara-saudaranya, akhirnya memperbolehkan Bunyamin
ikut bersama-sama saudaranya pergi ke Mesir. Sebagaimana firman Allah:
“Maka tatkala
mereka telah kembali kepada ayahnya mereka (Ya’qub) mereka berkata: Wahai ayah
kami, kami tidak akan mendapat sukatan (gandum) lagi, (jika tidak membawa
saudara kami), sebab itu biarkanlah saudara kami (Bunyamin) pergi bersama-sama
kami supaya kami mendapat sukatan, dan sesungguhnya kami benar-benar akan
menjaganya.
Berkata Ya’qub:
Bagaimana aku akan mempercayainya (Bunyamin) kepadamu, kecuali seperti aku
telah mempercayakan saudaramu (Yusuf) kepada kamu dahulu? Maka Allah adalah
sebaik-baik penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang diantara penyayang.
Tatkala mereka
membuka barang-barangnya, mereka menemukan kembali barang-barang (penukaran)
mereka, dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata: Wahai ayah apalagi yang
kita dan kami akan dapat memberi makan keluarga kami, dan kami akan dapat memelihara saudara kami, dan kami akan
mendapatkan tambahan sukatan (gandum) seberat seekor unta itu adalah sukatan
yang mudah (bagi Raja Mesir).
Ya’qub berkata:
Aku sekali-kali tidak melepaskannya bersama-sama kamu, sebelum kamu memberikan
kepadaku janji yang tentu atas nama Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya
kepadaku kembali, kecuali jika kamu dikepung musuh. Tatkala mereka memberikan
janji mereka, maka Ya’qub berkata: Allah adalah saksi terhadap apa yang kita
ucapkan.
Dan Ya’qub
berkata: Hai anak-anak janganlah kamu bersama-sama masuk dari satu gerbang, dan
masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlainan, namun demikian aku tiada
dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan
menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah, kepadaNyalah aku bertawakkal berserah
diri.
Dan tatkala
mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka maka (cara yang mereka
lakukan itu) tidaklah melepaskan mereka sedikitpun dari takdir Allah, akan
tetapi itu hanya suatu keinginan dari diri Ya’qub yang telah ditetapkannya. Dan
sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena kami telah mengerjakan kepadanya.
Akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Yusuf: 63-68)
15. Bunyamin Ditahan Yusuf di Gedung Kementrian
Sebagai upaya agar Bunyamin saudara kandungnya Yusuf
dapat tinggal bersamanya, maka Yusuf memasukkan takaran gandum yang terbuat
dari emas kedalam karung Bunyamin sewaktu bersama-sama saudaranya mengambil
gandum. Dan inilah cara yang tepat dilakukan oleh Yusuf untuk bertemu dan
berkumpul dengan saudara-saudaranya yang sudah lama berpisah.
Ditengah-tengah perjalanan mereka pulang, Yusuf menyuruh
kepada pembantu-pembantunya untuk mencari emas yang hilang, ternyata takaran
emas itu berada didalam karung Bunyamin, dan sebagai hukumannya, yang membawa
takaran tersebut harus ditawan di istana. Karena dihadapakan ke penguasa Mesir,
Bunyamin merasa ketakutan dan gemetar. Melihat Bunyamin ketakutan, Yusuf
berkata kepada Bunyamin: Janganlah kamu merasa takut tinggal disini, aku ini
adalah saudaramu sendiri, saudara sekandung seayah dan seibu, karena ulah
saudara-saudaramu, sehingga aku harus berpisah beberapa tahun lamanya.
Sebagaimana firman Allah:
“Dan tatkala
mereka ke tempat Yusuf, Yusuf membawa saudaranya (Bunyamin) ke tempatnya. Yusuf
berkata: Sesungguhnya aku (ini) adalah saudaramu, maka janganlah kamu berduka
cita terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Maka tatkala
telah disiapkan untuk mereka bahan makanan mereka, Yusuf memasukkan piala
(tempat minum/takaran) kedalam karung saudaranya. Kemudian berteriaklah seorang
yang menyerukan: Hai kalifah, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang mencuri.
Mereka menjawab sambil
menghadap kepada penyeru-penyeru itu: Barang apakah yang hilang daripada kamu?
Penyeru-penyeru
itu berkata: Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya
akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin
terhadapnya.
Saudara-saudara
Yusuf berkata: Demi Allah sesungguhnya kamu mengetahui bahwa kami datang bukan
untuk membuat kerusakan di negeri (ini) dan kami bukanlah orang-orang mencuri.
Mereka menjawab:
Tetapi apa balasannya jikalau kamu bertul-betul pendusta.
Mereka menjawab:
Balasanya ialah pada siapa yang ditemukan (barang yang hilang) dalam karungnya,
maka dia sendirilah balasannya (sebagai tebusan). Demikianlah kamu memberi
pembalasan kepada orang yang dzalim.
Maka mulailah
Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya
sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya.
Demikianlah kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf
menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendakiNya.
Kami tinggikan derajat orang yang Kami hendaki, dan diatas tiap-tiap orang yang
berpengetahuan itu ada yang Maha Mengetahui.”
(QS. Yusuf: 69-76)
16. Penderitaan Ya’qub Semakin Memuncak
Dengan ditahanya Bunyamin di Mesir, maka menambah
pederitaan Ya’qub, karena kepedihan dan kesedihan Ya’qub atas hilangnya Yusuf
belum hilang dari ingatan, dan kini ditambah lagi dengan hilangnya Bunyamin.
Kalian membuat aku sedih dan menambah sakitku, tidak menghiburnya malah
menambah sakitku, kata Ya’qub kepada anak-anaknya.
Setelah hilangnya Bunyamin, apapun perkataan dari
anak-anaknya tidak dihiraukan oleh ayahnya (Ya’qub). Dan jehilangan dua anaknya
tersebut, Ya’qub tidak mengadu kepada siapa-siapa, hanya memohon dan berdo’a
kepada Allah, karena Ya’qub masih mengharapkan kembalinya kedua anaknya, maka
hanya kepada Allah sajalah Ya’qub meminta pertolongan, dan dalam hatinya
mengatakan bahwa kedua anaknya masih hidup, oleh karena itu Ya’qub meminta
anak-anaknya untuk pergi ke Mesir mencari saudaranya Yusuf dan Bunyamin.
17. Saudara-Saudara Yusuf Mencari Yusuf dan Bunyamin
Setelah mendapat perintah dari ayahnya, maka
saudara-saudara Yusuf segera pergi ke Mesir untuk mencari Yusuf dan Bunyamin,
setelah sampai di Mesir mereka langsung menemui sang raja dan menceritakan apa
adanya tentang kondisi keluarganya kepada Raja (Yusuf), setelah mendengar
cerita dari saudaranya tersebut, Yusuf membuka rahasia pribadinya dan
mengatakan dengan sebenarnya bahwa dirinya adalah Yusuf yang pernah dimasukkan
kedalam sumur oelh saudara-saudaranya.
Mendengar pengakuan tersebut, saudara-saudara Yusuf
merasa keheranan dan tercengang, karena mereka mengira Yusuf sudah mati dan
kejadian itu sudah berlangsung lama sekali. Setelah itu Yusuf berkata kepada
mereka: Allah telah memberikan nikmat kepada kami berupa keselamatan dan
kehancuran dan memberikan kepada kami kemuliaan, kekuasaan dan kekayaan. Ini
adalah balasan bagi orang-orang yang selalu berbuat baik.
Saudara-saudara Yusuf hanya bisa berkata: Demi
Allah, Dia telah memberi kelebihan kepadamu daripada kami berupa ketaqwaan,
kesabaran dan tingkah laku yang baik serta penuh kedudukan yang tinggi. Sedang
kami adalah orang-orang yang penuh dosa tidak bertaqwa dan tidak sabar, kami
telah berbuat salah dalam berbicara dan berbuat terhadapmu, maka kami hanya
bisa mengadu kepada Allah dan kepadamu, kasihanilah kami dan janganlah diberi
hukuman yang pedih. Yusuf berkata: Kamu sekarang tidak tercela dan tidak akan
dihukum. Hanya saya minta kepada kalian mohonlah kepada Allah ampunan dan
rahmatNya, sebab Dia Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Sesudah Yusuf memerintahkan kepada sudara-saudaranya
menghadap ayahnya, dan ia tahu bahwa kebutaan ayahnya diakibatkan karena
kesedihannya yang setiap hari menangis, Yusuf memberikan bajunya untuk
diusap-usapkan kemuka ayhnya, niscaya akan melihat kembali. Yusuf juga menyuruh
kepada saudara-saudaranya membawa ayah dan seluruh keluarganya ke Mesir.
18. Ya’qub Mencium Bau Yusuf
Ketika saudara-saudara Yusuf sampai di rumah dengan
membawa baju Yusuf, Ya’qub sudah dapat mencium bahwa Yusuf masih hidup dan
mendapat kedudukan yang mulia dan terhormat. Setelah menerima kabar dari
anak-anaknya bahwa Yusuf masih hidup sambil mengusapkan baju Yusuf di wajah
Ya’qub, seketika itu juga dengan pertolongan Allah, mata yang semula tidak
dapat melihat, sekarang bisa melihat. Sebagaimana firman Allah:
“Tatkala
ketika itu keluar dari Mesir berkata ayah mereka: Sesungguhnya aku mencium bau
Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhkan lemah akal (tentu kamu membenarkan aku).
Keluarganya
berkata: Demi Allah, sesungguhnya kamu masih dalam kekeliruan dahulu.
Tatkala telah
tiba pembawa kabar gembira itu, maka diletakkannya baju gamis itu ke wajah
Ya’qub, lalu kembalilah dia dapat melihat. Berkata Ya’qub: tidak aku katakan
kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya.
Mereka berkata:
Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun negi kami terhadap dosa-dosa kami,
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa).
Ya’qub berkata:
Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Yusuf: 94-98)
19. Pertemuan Yang Mengharukan Antara Yusuf dan Ya’qub
Sekaligus Bukti Kebenaran Mimpinya
Tidak dapat dibayangkan dan dilukiskan, betapa
bahagianya hati Ya’qub ketika dipertemukan dengan Yusuf yang sudah beberapa
tahun lamanya berpisah dengan keluarganya, dan kini bertemu lagi dalam keadaan
baik dan selamat dan menduduki tempat tertinggi di Mesir.
Yusuf menerima ayahnya dan saudara-saudaranya yang
lain dengan penuh kehormatan dan dipersilahkan ayah dan ibunya untuk menduduki
singgah sana kerajaan seraya bersujud memberi penghormatan kepada Yusuf.
Dalam keadaan mereka bersujud kepada Yusuf, ia
berkata kepada ayahnya: Inilah tafsir dari apa yang telah aku ceritakan
kepadamu. Ketika itu aku bermimpi melihat sebelas bintang matahari dan bulan
bersujud kepadaku dan Tuhan telah membuktikannya sekarang. Sebagaimana firman
Allah:
“Maka tatkala
mereka masuk ke (tempat) Yusuf, Yusuf merangkul ibu bapaknya dan dia berkata:
Masuklah kamu ke Negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman.
Dan ia menaikkan
kedua ibu bapaknya ke atas singgasana. Mereka (semuanya) merebahkan diri seraya
sujud kepada Yusuf. Yusuf berkata: Wahai ayahku inilah tabir mimpiku yang
dahulu itu, sesungguhnya Tuhan telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan
sesungguhnya Tuhan telah berbuat baik kepadaku, ketika membebaskan aku dari
rumah penjara dan ketika membawa kami dari dusun padang pasir, setelah setan
merusakkan (hubungan) antara aku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhan Maha
Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Ya Tuhanku,
sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku kerajaan dan telah
mengajarkan kepadaku sebagian tabir mimpi. (Ya Tuhan), pencipta langit dan
bumi. Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam
keadaan islam dan gabungkanlah dengan orang-orang yang sholeh.” (QS. Yusuf: 99-101)
Subscribe to:
Posts (Atom)