Tuesday, December 30, 2014

1.      Pengertian Diskriminasi
Secara bahasa diskriminasi berasal dari bahasa Inggris “Discriminate” yang berarti membedakan. Dan dalam bahasa Arab istilah diskriminasi dikenal dengan “Al-Muhabbah” yang  artinya membedakan kasih antara satu dengan yang lain atau pilih kasih. Kosa kata Discrirminate ini kemudian diadopsi menjadi kosa kata bahasa Indonesia “Diskriminasi” yaitu suatu sikap yang membeda-bedakan orang lain berdasarkan suku, ras, bahasa, budaya, ataupun agama.
Pada kenyataanya banyak manusia yang memiliki sifat serakah dan salah arah serta tidak tahu diri. Banyak di antara manusia yang menganggap bahwa kemuliaan seseorang terletak pada harta, pangkat atau jabatan yang disandang, kecantikan yang dimilikinya. Nabi saw. pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuhmu, atau parasmu, akan tetapi dia melihat kepada hati dan kelakuanmu.” Secara konsepsional setiap manusia sebagai makhluk sosial memiliki kebutuhan intergratif, sebagai kebutuhan manusia yang merindukan akan kebersamaan, bersatu, dan terpadu. Sebagai makhluk pemikir dan bermoral manusia selalu berpikir dan berupaya agar mereka tetap bersatu dan terpadu. Manusia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tapi juga memikirkan orang lain. Seseorang menciptakan sesuatu bukan hanya berfungsi untuk dirinya sendiri, tetapi berfungsi untuk kebutuhan orang banyak. Sebagai makhluk bermoral manusia bertindak sesuai dengan prinsip moralitas. Oleh karena itu, menurut sudut pandang sosiologi, sampai kapanpun, setiap manusia menginginkan adanya kebersamaan, bersatu, dan terpadu, keinginan ini didasarkan pada prinsip:
a.    Benar salah; Adanya prinsip benar salah ini menjadikan seseorang tidak bisa sembarangan bertindak atau melakukan sesuatu sekehendak hatinya sendiri. Tindakan manusia yang dapat dibenarkan manusia ialah tindakan yang dilakukan seseorang sesuai dengan norma yang berlaku. Prinsip benar dan salah mendukung terwujudnya keteraturan sosial. Hal tersebut merupakan kebutuhan manusia dalam mempersatukan individu denga individu lainnya dalam hidup bermasyarakat. Dalam upaya menemukan nilai-nilai kebenaran, manusia tidak hanya mengandalkan kemampuan berpikirnya, tetapi berpedoman nilai-nilai agama yang dianut, karena kebenaran agama bersifat mutlak dan abadi. Prinsip benar dan salah dapat mengembangkan nilai-nilai persatuan.
b.    Pengungkapan perasaan kebersamaan; pengungkapan perasaan ini terwujud dalam bentuk, seperti perkumpulan, kekerabatan, keluarga, suku bangsa, organisasi, negara, dan badan-badan internasional. Setiap manusia memiliki kebutuhan untuk bersatu dan bersama, yang kemudian dia wujudkan dalam suatu wadah bersama.
c.    Keyakinan diri (cinvidence) dan keberadaan (exsistence); perasaan keyakinan diri yang dimiliki oleh manusia mampu memberikan kepercayaan dan rasa aman bagi dirinya, sehingga tidak menganggap unsur lain di luar dirinya sebagai sesuatu yang berbahaya, maupun ancaman yang perlu dihindari. Manusia harus memiliki keyakinan diri, baik keyakinan akan kemampuan dirinya maupun keyakinan kekuasaan di luar dirinya.
d.   Pengungkapan estetika dan keindahan; manusia dalam hidupnya memerlukan kebutuhan batin atau kejiwaan manusia. Pengungkapan estetika adalah manivestasi kebutuhan batiniah sebagai makhluk berpikir dan bermoral. Keindahan yang terwujud dalam berbagai ragam kesenian diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhan akan pengungkapan rasa estetika yang dimilikinya.
Sebagai bentuk tuntutan aktualisasi diri dalam kehidupan pribadi dan sosialnya, maka sebagai seorang mu’min harus mampu meneladani Rasulullah. Beliau tidak pernah membedakan atau pilih kasih terhadap semua manusia dan memperlakukan setiap orang secara setara. Sehingga tidak ada seorang pun yang hadir dalam suatu pertemuan, sebagai orang lain yang menerima perlakuan yang berbeda. Jika seseorang mendatangi beliau, dan meminta sesuatu kepada beliau, beliau akan memberinya atau setidaknya menanggapinya dengan kata-kata yang baik. Sikap beliau meluas kepada setiap orang, bahkan beliau menjadi seperti seorang ayah bagi siapapun.
Orang-orang yang berkumpul dan berhubungan bersama beliau benar-benar menyatu, tidak ada diantara mereka yang rendah hati karena kemiskinannya atau sombong karena status, kedudukan, dan jabatannya, yang membedakan di antara mereka ketakwaannya. Mereka memiliki sifat ramah, menghormati orang yang lebih tua, menunjukkan kasih sayang kepada orang yang lebih muda, memberikan prioritas kepada orang-orang yan memerlukan dan menjaga orang asing.
Rasulullah memiliki sifat tidak suka berdebat, tidak banyak bicara, tidak mencampuri urusan-urusan yang bukan urusan beliau. Rasulullah tidak pernah mengkritik, mendiskreditkan orang lain, dan tidak pernah juga mengatakan kepada seseorang “memalukan kamu ini,” dan tidak pernah mengatakan sesuatu melainkan kata-kata yang akan memberi pahala. Ketika para sahabat kurang taat dalam menjalankan tugas dalam perang uhud dan umat Islam mengalami kekalahan bahkan paman Beliau sendiri syahid dalam perang tersebut, namun beliau tetap bersikap lemah lembut dan tidak sedikitpun muncul sikap marah. Ketika beliau berbicara, orang-orang yang ada di sekitar beliau akan mendengarkan dengan serius, duduk tenang seolah-olah ada burung di kepala mereka. Ketika beliau diam, orang lain gantian berbicara. Mereka tidak pernah berdebat di hadapan beliau. Mereka akan tersenyum pada apa yang nabi tersenyum, dan akan terkesan pada apa yang nabi terkesan. Beliau sabar dengan orang asing yang kasar dalam berbicara atau bertanya, dan para sahabat beliau akan bertanya kepada orang asing itu dengan perkataan yang ramah. (Roli Abdul Rahman, Menjaga Aqidah dan Akhlak, hal. 110-112, Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007)
2.      Jenis Perbuatan Diskriminasi
Munculnya perilaku diskriminasi lebih disebabkan oleh adanya penyimpangan individual, penyimpangan ini biasanya dilakukan oelh orang yang telah mengabaikan dan menolak norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Orang sperti ini biasanya mempunyai kelainan atau mempunyai penyakit mental sehingga tak dapat mengendalikan dirinya.
Sebagai gambaran, seorang anak dari beberapa saudara muncul sifat kelainan yaitu rakus lalu ingin menguasai harta peninggalan orang tuanya. Ia mengabaikan saudara-saudaranya yang lain. Ia menolak norma-norma pembagian warisan menurut norma masyarakat maupun norma agam. Ia menjual semua peninggalan harta orang tuanya untuk kepentingan dirinya sendiri dan mengabaikan saudara-saudaranya yang lain.
Penyimpangan perilaku yang seperti inilah menjadi faktor munculnya sikap diskriminasi yang paling dominan dalam kehidupan masyarakat. Adapun bentuk penyimpangan perilaku individual menurut kadar penyimpangannya adalah sebagai berikut:
a.    Penyimpangan tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang tidak sesuai dengan nilai Islam.
b.    Penyimpangan karena tidak taat terhadap pimpinan yang disebut pembangkang.
c.    Penyimpangan karena melanggar norma umum yang berlaku disebut pelanggar.
d.   Penyimpangan karena tidak menempati janji, berkata bohong, berkianat kepercayaan, kianat, dan berlagak membela, disebut munafik.
Dalam kehidupan masyarakat juga terdapat perbedaan sosial yang perwujudannya adalah penggolongan penduduk atas dasar perbedaan-perbedaan dalam hal yang tidak menunjukkan tingkatan, antara lain ras, agama, jenis kelamin, profesi, klan, dan suku bengsa.
Perbedaan sosial (diferensiasi) menunjukkan adanay keanekaragaman dalam masyarakat. Suatu masyarakat yang di dalamnya terdiri atas berbagai unsur menunjukkan perbedaan tidak bertingkat (horizontal) disebut masyarakat majemuk. Contoh, masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai macam unsur ras, suku bangsa, bahasa, agama, dan kebudayaan, disebut masyarakat bangsa, yakni suatu masyarakat yang tidak disatukan oleh kesamaan apapun. Dorongan bersatunya bangsa Indonesia terletak pada hasrat atau kemauan.
Terjadinya bentuk-bentuk perbedaan sosial dalam masyarakat diakibatkan oleh adanya ciri-ciri tertentu, yaitu ciri-ciri fisik, sosial, dan budaya.
a.    Ciri-ciri fisik, yang berkaitan dengan ras; yaitu penggolongan manusia atas dasar persamaan ciri-ciri fisik yang tampak dari luar, seperti bentuk kepala, bentuk badan, bentuk hidung, bentuk rambut, bentuk muka dan tulang rahang bawah, serta warna kulit, rambut, dan mata. Perbedaan ciri-ciri fisik sangat dirasakan pada masyarakat dalam negara yang menjalankan politik diskriminasi rasial, misalnya politik Apartheid di Afrika Selatan, sebelum presiden Nelson Mandela.
b.    Ciri-ciri sosial, yaitu yang berkaitan dengan status dan peran para warga masyarakat dalam kehidupan sosial. Setiap orang melakukan berbagai peran untuk kepentingan dirinya sendiri atau kepentingan masyarakat. Hal itu berkaitan dengan pekerjaan atau profesi para warga masyarakat, termasuk mata pencahariannya. Pekerjaan ada kaitannya dengan penghasilan sehingga menimbulkan kesan adanya tingkatan tinggi rendah. Namun, antara pekerjaan yang satu dengan yang lain tidak menunjukkan tingkatan, tetapi ada perbedaan. Misalnya, antara petani, pedagang, guru, dan pegawai.
c.    Ciri-ciri budaya, yaitu ciri yang merupakan budaya dan suku. Dalam kehidupan masyarakat digolongkan menjadi masyarakat Batak, Bugis, Lombok, Toraja, Ambon, Asmat, Jawa, dan lainnya atau dalam linkup yang lebih luas, misalnya masyarakat Afrika, Asia, Amerika, atau Eropa. Penggolongan ini didasarkan atas ciri-ciri yang dimiliki masing-masing budaya.
Dengan adanya perbedaan sosial (diferensiasi) maka dapat kita katakan bahwa diferensiasi merupakan awal adanya stratifikasi dan menjadi pemicu munculnya sikap diskriminasi. Namun, tidak dapat ditafsirkan bahwa semua diferensiasi akan mendorong lahirnya stratifikasi sosial dan menjadi pemicu munculnya sikap diskriminasi. Stratifikasi sosial dapat memperkuat adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.
Namun pada kenyataannya, di dalam masyarakat juga terdapat potensi yang mendorong terhapusnya perbedaan-perbedaan. Misalnya dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menghapus perbedaan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain, atau suku bangsa yang satu dengan suku bansa yang lain. Ada enam macam diferensiasi sosial, yaitu:
1.    Diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan RAS; ciri-ciri yang menjadi dasar pembagian RAS adalh sebagai berikut:
a.       Bentuk kepala (cephalicus).
b.      Bentuk badan.
c.       Bentuk hidung.
d.      Bentuk rambut.
e.       Warna kulit.
f.       Warna mata.
g.      Bentuk muka.
2.    Diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan agama.
3.    Diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan jenis kelamin.
4.    Diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan umur.
5.    Diferensiasi sosial berdasarkan profesi.
6.    Diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan klan.
7.    Diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa.
(Roli Abdul Rahman, Menjaga Aqidah dan Akhlak, hal. 112-113, Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2007)
3.      Dampak Negatif Diskriminasi
a.       Memicu munculnya sektarianisme.
b.      Memunculkan permusuhan antar kelompok.
c.       Mengundang masalah sosial yang baru.
d.      Menciptakan penindasan dan otoritarianisme dalam kehidupan.
e.       Menghambat kesejahteraan kehidupan.
f.       Menghalangi tegaknya keadilan.
g.      Menjadi pintu kehancuran masyarakat.
h.      Mempersulit penyelesaian masalah.

4.      Cara Menghidari Diskriminasi
Untuk menghindari sikap dikriminasi, maka setiap muslim harus mengedepankan sikap musawah. Sikap musawah (persamaan) cukup urgen dalam kehidupan modern. Sikap ini memiliki tujuan untuk menciptakan rasa kesejajaran, persamaan, dan kebersamaan serta penghargaan terhadap sesama manusia sebagai makhluk Tuhan. Menempatkan sesama manusia pada posisi sejajar merupakan keutamaan yang akan menyadarkan setiap orang untuk memberikan yang terbaik dari apa yang dapat dilakukan.
Sehingga sikap musawah akan menjadi jalan baru bagi sesama manusia untuk melakukan kebajikan dalam rangka membangun kebersamaan dan kemaslahatan. Pengakuan terhadap persamaan harkat, martabat, dan derajat kemanusiaan, merupakan perwujudan keimanan (tauhid) seseorang dan akan membawa pada tingkat ketakwaan yang tinggi.
Pengelompokkan dan solidaritas dipandang Al-Qur’an sebagai fitrah, Sunatullah yang tidak akan berubah. Firman Allah:
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (QS. Yunus: 64)
Demikian pula ditegaskan Allah dalam Al-Qur’an:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. al-Hujurat: 13)
            Manusia yang secara fitrah diciptakan dengan memiliki keragaman, dihaapkan dapat saling mengenal, dengan cara ini akan muncul pemahaman untuk saling mengakui kesamaan, sehingga pada akhirnya akan bersama-sama untuk memperjuangkan kebaikan dan kemaslahatan bersama dalam tatanan sosial kemasyarakatan. Kehadiran Rasulullah di tengah-tengah masyarakat Madinah, menjadi bukti betapa pentingnya menjauhkan sikap diskriminasi dan mengendepankan sikap musawah.
            Dengan sikap ini Rasulullah dengan sahabat setianya dengan tulus oleh kaum Anshor . Demikian pula Rasulullah saw. tidak pernah melebihkan antara sahabat satu dengan lainnya. Bahkan ketika menjadi pemimpin negara Madinah, beliau tidak pernah menomor duakan warganya, lantaran sentimen agama, kelompok ras dan budaya. Semua warga memiliki hak yang sama untuk dihormati dan diperhatikan serta diberikan pelayanan sebagaimana yang lain selama tidak saling mengganggu dan memusuhinya. Sifat musawah akan menwujudkan sikap saling menghargai dan melindungi kehormatan serta keselamatan sesama.
            Sebagai sebuah masyarakat yang majemuk, sikap diskriminasi harus dijauhkan dari pergaulan manusia. Sebab muslim wajib mengedepankan sikap musawah, kerana sikap persamaan merupakan pilar utama dimana hak dan kewajiban ditegakkan atas dasar kesadaran bersama. Dengan demikian tidak ada warga yang merasa dipinggirkan lantaran sentimen agama, kelompok, suku, ras, dan budaya. Semua warga negara memiliki hak yang sama untuk dihormati dan diperhatikan sebagai komunitas masyarakat dan bangsa yang mendiami suatu negeri. Diskriminasi dengan atas nama apapun termasuk dengan simbol-simbol agama, merupakan bagian dari bentuk pelanggaran terhadap hak dan persamaan hidup. Jadi, dalam masyarakat demokratis tidak dikenal istilah superioritas atau yunioritas satu sama lain. Karena dikotomi hak akan dapat menimbulkan konflik sosial dan kadang-kadang justru berujung pada konflik agama dan keyakinan yang pada akhirnya akan menjauhkan masyarakat dari kehidupan yang di rahmati Allah sebagaimana ungkapan “baldatun thoyyibatun warabbun ghafur.”
            Di samping persamaan, untuk menghindari sikap diskriminasi, maka harus ditonjolkan persaudaraan sesama orang beriman dan bahkan kepada sesama manusia. Sejarah telah mencatat dengan tintah emas, betapa indah dan tulusnya persaudaraan antara kaum pendatang dari Mekkah dengan kaum penolong dari Madinah. Mereka rela berbagi apa saja untuk saudaranya seiman. Demikianlah persaudaraan Islam betul-betul merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri dan dipelihara sebagaimana firman Allah:
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali Imron: 103)
            Supaya persaudaraan yang dijalin dapat tegak dengan kokoh, maka diperlukan empat tiang penyangga utamanya, yaitu:
1.      Ta’aruf yaitu saling keal mengenal yang tidak hanya bersifat fisik atau biodata ringkas belaka, tetapi lebih jauh lagi menyangkut latar belakang pendidikan, budaya, keagamaan, pemikiran, ide-ide, cita-cita serta problema kehidupan yang dihadapi.
2.      Tafahum yaitu saling memahami kelebihan dan kekurangan, kekuatan, dan kelemahan masing-masing, sehingga segala macam bentuk kesalapahaman dapat dihindari.
3.      Ta’awun yaitu saling tolong menolong, dimana yang kuat menolong yang lebih dan yang memiliki kelebihan menolong yang kekurangan, dengan konsep ini maka kerjasama akan tercipta dengan baik dan saling menguntungkan sesuai fungsi dan kemampuan masing-masing.
4.      Tafakul yaitu saling memberikan jaminan, sehingga menimbulkan rasa aman, tidak ada rasa kekhwatiran dan kecemasan menghadapi hidup ini, karena ada jaminan dari sesama saudara untuk memberikan pertolongan yang diperlukan dalam menjalani kehidupan.

5.      Hikmah Menghindari Diskriminasi
1.      Mengutamakan orang lain.
2.      Meringankan beban orang lain.
3.      Tidak menjadi beban orang lain.
4.      Ramah tamah terhadap sesama manusia.
5.      Berperilaku sesuai ajaran Islam.

6.      Wajar dan realistis.
seperti kebiasaan para ulama salaf dalam menulis setiap buku selalu mengetengahkan dan meletakkan basmalah Imam Ghozali juga mengawali  dengan kalimat tersebut. Syek Nawawi sebagai penjelas kitab beliau, turut mengulas dengan indah dan penuh pelajaran untuk kita.
Menurut Syek Nawawi, kalimat Basmalah merupakan kesatuan dari empat kata yang berdiri secara berjajar: Hal ini sebagai isyarat adanya pertolongan Allah kepada para hamba-Nya yang beriman dari ganguan setan.
Sebagaimana yang diinformasikan Al-Qur’an:
Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al-A’rof: 17)
Berdasarkan ayat di atas, menurut Syek Nawawi, dengan membaca Basmalah Allah swt akan memberikan perlindungan dan pengayoman dari segala marabahaya dan rasa was-was, di samping itu, sebagai petunjuk bahwa kemaksiatan seseorang berporos pada empat hal:
-          Kemaksiatan yang dilakukan secara sembunyi-sumbunyi.
-          Terang-terangan.
-          Di waktu pagi.
-          Di waktu siang.
Dengan membaca basmalah, dosa aneka kemaksiatan terhapus dan pupus berkat Basmalah adalah:
Pertama, Ba’: Baro-atulloh.
Artinya, jaminan keselamatan kepada orang-orang yang berbahagia dengan iman dalam dadanya. Dalam makna yang lebih dalam, orang beriman tidak boleh alpa dari membaca Basmalah dalam keadaan apapun, selama perbuatan itu berada dalam kebaikan.
Kedua, Sin: Satrulloh.
Artinya, perlindungan Allah. Makna ini memberi penjelasan bahwa orang mukmin tidak pernah melewatkan tiap langkahnya dengan membaca Basmalah yang dengannya, kala ia bertemu orang yang melawan Allah, ia berlindung dari kebodohannya.
Ketiga, Mim: Mahabbattuhu.
Artinya, rasa cinta Allah kepada seorang Muslim yang membaca Basmalah. Seseorang yang ingin memperolah cintah Allah, tentulah bibirnya tidak kering dari Basmalah.
Keempat, Alif: Ulfatuhu.
Artinya, keramahan Allah. Allah itu Maha Ramah, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Keramahan Allah akan semakin muncul kepada mereka yang membaca Basmalah.
Kelima, Lam: Lathofatuhu.
Artinya, kelembutan Allah. Hikmah di balik membaca Basmalah mendapat kenyamanan dan kelembutan dalam hatinya. Sikap dan sifat jelek akan hilang berganti kebaikan dan hati berhias kelembutan.
Keenam, Ha’: Hidayatuhu
Artinya, petunjuk Allah. Seseorang yang membaca Basmalah, akan terbimbing dan terarah dalam naungan hidayah.
Ketujuh, Ro’: Ridhwanuhu.
Artinya, kerelaan Allah. Ridho Allah akan menempel pada sosok insan yang melafalkan Basmalah. Jika Allah telah ridho pada seseorang, tidak akan lagi gunda dan gulana, karena ridho-Nya telah hinggap dalam diri. Pelaku maksiat pun yang membaca Basmalah dengan niat taubat kepada Allah, maka bacaan tersebut menjadi jembatan ridho Allah.
Kedelapan, cHa: cHilmuhu.
Artinya, kesabaran Allah. Hikmah ini memberi pelajaran tentang kesabaran Allah pada orang-orang yang berdosa. Mereka yang berbuat aniaya, kedholiman, kegaduhan, keresahan yang merugikan umat manusia, akan tetap memperoleh kesabaran dari Allah dengan bacaan Basmalah.
Kesembilan, Mim: Minnatuhu
Artinya, anugerah Allah. Orang-orang beriman yang membaca Basmalah mendapat anugerah, kebajikan dan anugerah Allah. Oleh karenanya, setiap perbuatan dan perkataan yang diawali dengan Basmalah, menjadi berkah untuk semua.
Kesepuluh, Nun: Nurul Ma’arif
Artinya, cahaya perngetahuan. Dengan kata lain, kalimat Basmalah mengandung unsur cahaya Ilahi. Dan cahaya itu diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa.
Kesebelas, Ya’: Yadullah
Artinya, tangan Allah. Allah memberikan penjagaan pada diri orang yang membaca Basmalah. Bacalah pada saat di rumah, di kendaraan, di tempat kerja dan di mana saja. Dengan membaca Basmalah, Allah turunkan pernjagaan dan perlindungan kepadanya.
Dahsyatnya Basmallah
Basmalah adalah bagian dari ayat yang ada dalam Al-Qur’an, ia ialah kalam Allah yang Maha Agung dan Maha Perkasa. Mungkin sebab minimnya pemahaman kita seputar makna Basmalah atau tidak tahunya kita akan kedahsyatan fungsinya, sehingga kita menyepelekan bacaan tersebut. Atau sewaktu kita membacanya tidak merasakan nuansa yang religius dan juga tidak merasakan kehadiran Allah bersamanya. Sebabnya, saat kita lupa membaca Basmalah di setiap memulai aktifitas dan kegiatan, kita tidak merasa ada sesuatu yang kurang atau ganjil. Padahal kalau kita simak bagaimana terjadinya perubahan fenomenal alam saat Basmalah itu turun,kita akan menjumpai betapa dahsyatnya kalimat Basmalah tersebut, dan betapa pentingnya kalimat itu untuk diucapkan saat memulai segala aktifitas. Simaklah yang dikemukakan sahabat Rasulullah saw. yang menceritakan terjadinya perubahan alam saat turun ayat Basmalah.
Jabir ra bin Abdullah berkata:
“Saat Bismillahirrohmanirrohim turun. Mendung tebal bergeser dan bergerak ke arah timur. Angin pun terhenti. Air laut bergelora dan bergelombang. Hewan-hewan mendengarkannya dengan seksama. Syetan-syetan dilempari bintang dari arah langit. Dan Allah bersumpah dengan kemuliaan dan keagungan-Nya. Tidaklah sesuatu diamalkan dengan menggunakan nama-Nya kecuali Allah akan memberkahinya.” (Tafsir Ibnu Katsir: 1/22 dan Fathul-Qodir: 1/18)
Lalu Sayyidina ‘Aisyah menguatkan apa yang ditanyakan Jabir ra di atas dengan perkataannya:

“Saat-saat Bismillahirrohmanirrohim turun. Bergetarlah gunung-gunung sampai para penduduk Mekkah mendengar gemuruhnya. Mereka berkata: ‘Muhammad telah menyihir gunung-gunung.’ Lalu Allah mengirim mendung tebal hingga menaungi para penduduk Mekkah. Lalu Rasulullah saw. bersabda: ‘Barangsiapa membaca Basmalah dengan keyakinan yang mantap, maka gunung-gunung akan bertasbih bersamanya.’”
1.      Kenabian Yusuf as
Yusuf adalah salah seorang putra Ya’qub yang diutus oleh Allah menjadi Nabi. Dan Allah menerangkan kenabian Yusuf di dalam Al-Qur’an:
Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu (Muhammad) dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawahnya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata: Allah tidak akan mengirim seorang (rasulpun) sesudahnya. Demikianlah Allah menyesalkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu.” (QS. Al Mu’min: 34)

2.      Yusuf Bermimpi
Tentang mimpi Yusuf ini, diterangkan Allah dalam Al-Qur’an:
“(Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan, kulihat semuanya bersujud kepadaku.
Ayahnya berkata: Hai anakku, janganlah kamu katakan mimpi itu kepada sudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.
Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu untuk menjadi nabi dan diajarkanNya kepadamu sebagian dari tabir-tabir mimpi dan disempurnakan nikmatNya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmatNya kepada kedua orang bapakmu sebelum itu, yaitu Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhan Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya.” (QS. Yusuf: 4-7)

3.      Yusuf Disingkirkan Dari Keluarganya
Diantara anak-anak Ya’qub yang paling dicintai dan disayangi adalah Yusuf dan Bunyamin, disamping karena keduanya mempunyai postur tubuh yang baik, wajahnya yang tampan dan mempunyai budi pekerti yang baik, karena cintanya, sehingga keduanya dianak emaskan, apalagi setelah Yusuf memberitakan mimpinya kepada ayahnya, ia bertambah sayang dan cinta kepada Yusuf. Karena adanya asih sayang yang berbeda itulah yang membuat saudaranya yang lain iri hati kepada Yusuf. Karena didasari iri hati itulah sehingga saudara-saudaranya yang lain berusaha menyingkirkan Yusuf dari keluarganya. Sebagaimana firman Allah:
Yaitu ketika mereka berkata: Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (kita) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.
Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpuh kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.
Seorang diantara mereka berkata:Janganlah kamu bunuh Yusuf, tetapi masukkanlah ke dalam sumur supaya dia dipungut oleh beberapa orang Musafir, jika kamu hendak berbuat.
Mereka berkata: Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya.
Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya.
Berkata Ya’qub: Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkan dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya.
Mereka berkata: Jika ia benar-benar dimakan serigala sedang kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi.” (QS. Ysusf: 8-14)

4.      Yusuf Dimasukkan Kedalam Sumur
Setelah ayahnya mengizinkan mengajak Yusuf pergi, bergembiraralah hati mereka, karena keinginan mereka untuk menyingkirkan Yusuf tercapai. Sebagaimana diterangkan Allah:
Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkan kedasar sumur (lalu mereka memasukkan dia) dan (diwaktu dia sudah berada didalam sumur) Kami wahyukan kepada Yusuf. Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tiada ingat lagi.
Kemudian mereka datang kepada ayahnya diwaktu sore hari sambil menangis.
Mereka berkata: Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dimakan serigala, dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar.
Mereka datang membawa baju gemisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya’qub berkata: Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu, maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongannya terhadap yang kamu ceritakan.” (QS. Yusuf: 15-19)

5.      Yusuf Ditolong Oleh Kalifah Pedagang
Stelah saudaranya berhasil memasukkan Yusuf kedalam sumur, mereka mengira Yusuf sudah mati, padahal Allah mempunyai kehendak lain, sehingga rombongan pedagang yang hendak pergi ke Mesir dan istriahat di dekat sumur tempat Yusuf dibuang.
Ketika para pedagang itu mengambil air dilihatnya didalam ada seorang laki-laki muda yang tampan, setelah Yusuf diselamatkan, Yusuf dibawa ke Mesir. Ternyata di Mesir Yusuf dibeli oleh seorang menteri Raja yang bernama Al ‘Aziz. Kemudian Yusuf dibawa pulang dan di serahkan kepada permaisurinya yang bernama Zulaikah agar dirawat dengan baik, sehingga anak itu betah tinggal di istana Raja, apalagi Zulaikah belum dikaruniai seorang anak. Dan barangkali anak ini nanti dapat membawa manfaat atau diambil sebagai anak angkat. Sebagaimana firman Allah:
Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang mengambil air, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata: Oh kabar gembira, ini seorang anak muda! Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya: berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh jadi berminat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak angkat. Dan demikianlah Kami memberi kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya tabir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap utusanNya tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.
Dan tatkala dia cukup dewasa, Kami berikan kepadanya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Yusuf: 19-22)

6.      Permaisuri Al ‘Aziz Tertarik Ketampanan Yusuf
Ketampanan yang dimiliki oleh Yusuf membuat semua wanita yang melihatnya tergila-gila kepadanya, termasuk permaisuri Al ‘Aziz sendiri yang bernama Zulaikah yang merawat sejak kecil juga menatuh simpatik kepada Yusuf, apalagi setelah Yusuf menginjak dewasa ketampanan dan kegagahan Yusuf semakin mengagumkan, maka tidak heranlah kalau permaisuri Al ‘Aziz menaruh simpatik dan mencintai Yusuf.
Pada saat yang ditunggu-tunggu, dimana Yusuf berada dikamarnya sendiri, sedangkan suaminya Al ‘Aziz juga sedang berada diluar rumah (pergi), maka Zulaikah memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mendapati Yusuf dan melampiaskan cintanya kepada Yusuf.
Zulaikah dengan berpakaian serba menyolok dan merangsang dengan bau yang harum mendekati Yusuf. Yusuf yang melihat keadaan Zulaikah, hatinya berdebar-debar dan hampir tergoda. Dengan terburu-buru dan mengerahkan segala kekuatannya, Yusuf melepaskan diri dari pelukan Zulaikah, seketika itu Zulaikah menarik baju Yusuf dari belakang sampai robek, saat itulah suaminya datang dan kejadian tersebut diketahui leh Al ‘Aziz, sebagaimana firman Allah:
Dan wanita (Zulaikah) yang Yusuf tinggal dirumahnya menggoda Yusuf untuk menuduhkan dirinya(kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: Marilah kesini! Yusuf berkata: Aku berlindung kepada Allah , sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang dzalim tiada akan beruntung.
Sesungguhnya waita itu telah bermaksud (melakukan) perbuata itu dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) tuhannya.
Demikianlah agar kami memalingkan daripada kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba yang terpilih.
Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya medapati suami wanita itu dimuka pintu. Wanita itu berkata: apakah pembalasan terhadap orang yang bermaksud seorang dengan istrimu, selain dipenjarakan atau dihukum dengan adzab yang pedih.
Yusuf berkata: Dia menggoda untuk menudukkan diriku (kepadanya), dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya: Jika baju gamisnya dimuka, maka wanita itu benar, dan Yusuf termasuk orang-orang yang dusta.
Dan jika baju gamisnya koyak dibelakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang yang benar.
Maka tatkala suaminya itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia: Sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah benar.
Hai Yusuf, Berpalinglah dari ini (rahasiakanlah peristiwa ini) dan (kamu hai istriku) mohonlah ampun atas dosamu itu karena kami sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah.” (QS. Yusuf: 23-24)

7.      Yusuf dan Para Wanita
Peristiwa Zulaikah dengan Yusuf beritanya sudah tersebar ditengah-tengah masyarakat, sehingga berita tersebut menjadi pemberitaan di kalangan kaum wanita, akhirnya berita gunjingan itu sendiri sampai ditelinga Zulaikah. Mendengar berita tersebut, Zulaikah berkeinginan mengundang kaum wanita dengan acara makan-makan dirumahnya sambil memamerkan ketampanan Yusuf.
Ketika wanita yang diundang sudah datang, Zulaikah sengaja menyuruh Yusuf untuk menyuguhkan hidangan kepada para tamu. Ketika Yusuf berjalan dengan membawa hidangan, salah seorang tamu ada yang mengelupas buah-buahan, tanpa sengaja wanita tersebut tidak terasa kalau yang dikupas adalah tangannya karena terperangah melihat ketampanan Nabi Yusuf. Sebagaimana firman Allah:
Maka tatkala itu (Zulaikah) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakan bagi mereka tempat duduk, dan diberikan kepada mereka masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata kepada Yusuf: Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka. Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada keelokan rupanya dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia.
Wanita itu berkata: Itulah dia seorang yang kamu cela aku, karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi di menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang kamu perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjara dan dia akan termasuk golongan orang yang hina.
Yusuf berkata: Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan Aku termasuk menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Yusuf berkata: Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.
Maka Tuhannya memperkenankan do’a Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka, sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf: 30-34)

8.      Yusuf Dimasukkan Penjara
Untuk menutupi kesalahan Zulaikah ditengah-tengah masyarakat atas peristiwa dengan Yusuf, maka jalan satu-satunya adalah memasukkan Yusuf kedalam penjara, supaya masyarakat menuduh, bahwa yang melakukan perzinahan adalah Yusuf. Walaupun sudah jelas, bahwa Yusuf tidak melakukan perbuatan yang sangat mesum.
Karena kekuasaan sepenuhnya ada ditangan Raja, maka Yusuf tidak dapat membela diri, perasaan Yusuf ketika itu sedih bercampur gembira. Sedih karena ia dipenjara dengan tuduhan hina, gembira karena Yusuf terbebas dari rumah tuannya yang penuh dengan makar dan fitnahan. Sehingga penjara lebih baik bagi Yusuf.
Yusuf dimasukkan penjara bersama kedua orang temannya yang keduanya bekerja sebagai pelayan Raja, yang satu bernama Nabo mempunyai tugas membuatkan minuman sang raja, sedangkan yang satunya bernama Malhab yang mempunyai tugas membuat makanan kue-kue. Keduanya dimasukkan penjara karena tuduhan berencana membunuh Raja dengan cara memasukkan racun kedalam makanan dan minuman.
Setelah mereka bertiga tinggal dalam penjara, keduanya sama menceritakan mimpinya yang pernah dialami waktu tidur, Nabo menceritakan bahwa dirinya bermimpi memeras anggur yang akan dijadikan khomer, sedangkan Malhab menceritakan mimpinya membawa kue diatas kepalanya, ketika itu datanglah burung memakan kue itu.
Didalam penjara Yusuf berusaha mengajak kepada teman-temannya agar mau menyembah kepada Allah, termasuk kepada kedua temanya tersebut. Melalui mimpi tersebut, Yusuf mencoba mengajak kepada temannya agar mau menyembah kepada Allah sebelum Yusuf menta’wilkan mimpi kedua temannya tersebut.

9.      Yusuf Menta’wailkan Mimpi Kedua Temannya
Sesudah Yusuf menasehati dan mengajak temannya untuk beribadah kepada Allah, Tuhan sebenarnya, mulailah ia menceritakan makna yang terkandung dalam mimpi kedua temannya tersebut. Engkau Nabo, yang bekerja sebagai kepala minuman raja, bernasib baik dan bergembiralah engkau, karena Raja akan membebaskan dan akan menempatkanmu pada jabatan semula, karena engkau terbukti tidak bersalah. Sedangkan engkau Malhab, yang bekerja sebagai kepala bagian kue-kue, akan bernasib buruk dan menyengsarakanmu, tuduhan terhadapmu akan terbukti, dan raja akan menghukum mati terhadapmu dengan salib, dan mayatmu akan dimakan burung buas mulai dari kepalamu.
Beberapa hari kemudian terbuktilah kebenaran Yusuf dalam menta’wilkan mimpi dari kedua temannya. Benar terjadi dan dapat disaksikan oleh kedua temannya. Menjelang dibebaskan dari penjara, Yusuf berpesan kepada bagian minuman agar menceritakan kisahnya kepada Raja tentang sebab-sebab ia dijerumuskan kedalam penjara. Sebagaimana firman Allah:
Hai kedua temanku dalam penjara: Adapun salah seorang diantara kamu berdua, akan memberi tuannya dengan khomer, adapun seorang lagi maka ia akan disalib, lalu burung memakan sabagian dari kepalanya. Telah diputuskan  perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku).
Dan Yusuf berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat (Nabo) diantara mereka berdua: Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu (rajamu). Maka syaitan menjadikan dia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu tetaplah dia (Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya.” (QS. Yusuf 41-42)

10.  Raja Al ‘Aziz Bermimpi
Ketika Yusuf tinggal sendirian didalam penjara, Raja Al ‘Aziz bermimpi dan kali ini mimpinya sangat menggelisahkan dan merasuki alam fikirnya. Maka seketika itu juga sang Raja mengumpulkan para tukang ramal untuk menta’wilkan mimpinya, setelah para tukang ramal itu berkumpul, sang Raja menceritakan mimpinya: Tadi malam aku bermimpi bahwa saya melihat tujuh ekor sapi yang kurus kering bentuk tubuhnya sedang memakan tujuh ekor sapi gemuk. Cobalah kalian meramalkan mimpi tersebut, perintah sang Raja kepada tukang ramal.
Dengan kebingungan dan ragu-ragu para tukang ramal menjawab: Itu adalah mimpi kosong, mimpi yang tidak berarti dan yang terakhir para tukang ramal itu mengatakan bahwa tidak ahli dalam menta’wilkan mimpi.
Mendengar jawaban tukang ramal, salah seorang pelayan Raja bagian minuman yang pernah diselamatkan dari penjara waktu itu bersama Yusuf, ingat akan wajah Yusuf dan ingat akan kehebatan dalam menta’wilkan mimpi. Akhirnya pelayan tersebutmemberanikan diri menghadap Raja untuk memberitahu Raja tentang kehebatan Yusuf dalam menta’wilkan mimpi yang sekarang tinggal didalam penjara.
Mendengar kabar dari pelayannya tersebut, Raja langsung menyuruh kepada pelayan (Nabo) untuk memanggil Yusuf, guna menta’wilkan mimpi yang merisaukan pikiran sang Raja.

11.  Yusuf Menta’wilkan Mimpi Sang Raja
Setelah sang pelayan mendatangi dan menceritakan perintah Raja untuk menta’wilkan mimpinya, maka Yusuf minta agar dijelaskan mimpi yang dialami oleh Raja, setelah mendengar penjelasan temannya, Yusuf menerangkan dan memberi jalan keluar tentang mimpi sang Raja. Yusuf mengatakan: Bahwa Mesir akan mengalami masa subur selama tujuh tahun, maka pada waktu itu para penduduk harus memanfaatkan masa subur tersebut dengan bercocok tanam dan pada saat itu hasil pertanian akan melimpah ruah. Kemudian setelah itu akan datang musim paceklik selama tujuh tahun pula, oleh karena itu hasil panen pada musim subur harus disimpan, kecuali yang dipakai untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, sehingga nanti bila datang paceklik mempunyai cadangan hasil panen yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

12.  Yusuf Menjadi Menteri Ekonomi di Mesir
Setelah sang pelayan (Nabo) menghadap Raja dan menceritakan ta’wil mimpinya, sang Raja tertarik atas uraian yang disampaikan oleh Nabo sesuai dengan yang dita’wilkan oleh Yusuf. Setelah itu sang Raja meminta agar dirinya ditemukan dengan Yusuf untuk membicarakan tentang ta’wil mimpinya.
Berdasarkan hal-hal yng disampaikan oleh Yusuf, maka Yusuf pantas menduduki jabatan penting dalam Negeri ini. Dalam pertemuannya dengan Yusuf, Al ‘Aziz bersama permaisurinya menawarkan kepada Yusuf untuk menduduki tempat tertinggi di negeri ini. Yusuf berfikir sejenak, jabatan apa yang kira-kira pantas bagi dirinya. Akhirnya Yusuf minta kepada Raja, agar diberikan jabatan sebagai pengawas dibidang ekonomi (menteri ekonomi) agar nanti dapat mengantisipasi datangnya musim subur dan datangnya musim paceklik.
Raja mengabulkan permintaan Yusuf, yang nanti dapat megendalikan seluruh kebijakan dibidang ekonomi di Mesir. Itulah ketentuan Allah kepada hamba-hambaNya yang sholeh yang bakal mendapatkan kedudukan terhormat di dunia dan tempat yang terhormat diakhirat nanti.

13.  Saudara-Saudara Yusuf Datang ke Negeri Mesir
Memang benar dan terbukti apa yang pernah dita’wilkan oleh Yusuf terhadap mimpi Raja Mesir benar-benar terjadi, dimana musim subur yan berlangsung selama tujuh tahun sudah berganti dengan musim kemarau dan paceklik juga berlangsung tujuh tahun. Musim paceklik tidak hanya terjadi di Mesir saja, tetapi juga terjadi di Palestina.
Pada musim paceklik ini, negeri Mesir sudah mempunyai persediaan bahan makanan yang cukup, karena pada musim subur, Negeri ini menyimpan hasil panennya sesuai dengan kebijaksanaan pengawas ekonomi, yaitu Yusuf. Berbeda dengan Palestina yang tidak mempunyai cadangan pangan untuk musim paceklik, sehingga penduduk berbondong-bondong datang ke Mesir minta bantuan bahan pangan termasuk saudara-saudara Yusuf.
Sesampainya di Mesir, saudara-saudara Yusuf tidak tahu kalau yang menjadi menteri perekonomian dan yang membagi-bagikan gandum itu saudaranya sendiri, tapi Yusuf mengetahui bahwa diantara orang-orang Palestina yang datang itu ada saudaranya, sehingga saudaranya itu diperlakukan seperti tamu agung, menjamu mereka dengan jamuan yang lezat, memberi gandum lebih banyak daripada yang lainnya, dan mereka juga diberi bekal untuk pulang ke Palestina, ketika mereka akan pulang, Yusuf berkata: Bawalah saudaramu yang seayah (yang bernama Bunyamin) kemari, kalau tidak kamu bawa kemari, maka tidak akan saya layani dan kalian tidak diperbolehkan masuk ke Negeri ini. Maksud Yusuf mengancam demikian supaya mereka mau membujuk Bunyamin ikut kemari.

14.  Saudara-Saudara Yusuf Menghadap Ayah Mereka
Setelah sampai di rumah, mereka langsung menghadap ayahnya dan menyampaikan pesan Menteri Perekonomian kepada ayahnya. Pada mulanya Ya’qub merasa keberatan melepaskan Bunyamin untuk pergi bersama saudaranya ke Mesir, karena ia merasa takut kalau Bunyamin diperlakukan seperti Yusuf. Namun atas desakan saudara-saudaranya, akhirnya memperbolehkan Bunyamin ikut bersama-sama saudaranya pergi ke Mesir. Sebagaimana firman Allah:
Maka tatkala mereka telah kembali kepada ayahnya mereka (Ya’qub) mereka berkata: Wahai ayah kami, kami tidak akan mendapat sukatan (gandum) lagi, (jika tidak membawa saudara kami), sebab itu biarkanlah saudara kami (Bunyamin) pergi bersama-sama kami supaya kami mendapat sukatan, dan sesungguhnya kami benar-benar akan menjaganya.
Berkata Ya’qub: Bagaimana aku akan mempercayainya (Bunyamin) kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan saudaramu (Yusuf) kepada kamu dahulu? Maka Allah adalah sebaik-baik penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang diantara penyayang.
Tatkala mereka membuka barang-barangnya, mereka menemukan kembali barang-barang (penukaran) mereka, dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata: Wahai ayah apalagi yang kita dan kami akan dapat memberi makan keluarga kami, dan kami akan dapat  memelihara saudara kami, dan kami akan mendapatkan tambahan sukatan (gandum) seberat seekor unta itu adalah sukatan yang mudah (bagi Raja Mesir).
Ya’qub berkata: Aku sekali-kali tidak melepaskannya bersama-sama kamu, sebelum kamu memberikan kepadaku janji yang tentu atas nama Allah, bahwa kamu pasti akan membawanya kepadaku kembali, kecuali jika kamu dikepung musuh. Tatkala mereka memberikan janji mereka, maka Ya’qub berkata: Allah adalah saksi terhadap apa yang kita ucapkan.
Dan Ya’qub berkata: Hai anak-anak janganlah kamu bersama-sama masuk dari satu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlainan, namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah, kepadaNyalah aku bertawakkal berserah diri.
Dan tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka maka (cara yang mereka lakukan itu) tidaklah melepaskan mereka sedikitpun dari takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan dari diri Ya’qub yang telah ditetapkannya. Dan sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena kami telah mengerjakan kepadanya. Akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Yusuf: 63-68)

15.  Bunyamin Ditahan Yusuf di Gedung Kementrian
Sebagai upaya agar Bunyamin saudara kandungnya Yusuf dapat tinggal bersamanya, maka Yusuf memasukkan takaran gandum yang terbuat dari emas kedalam karung Bunyamin sewaktu bersama-sama saudaranya mengambil gandum. Dan inilah cara yang tepat dilakukan oleh Yusuf untuk bertemu dan berkumpul dengan saudara-saudaranya yang sudah lama berpisah.
Ditengah-tengah perjalanan mereka pulang, Yusuf menyuruh kepada pembantu-pembantunya untuk mencari emas yang hilang, ternyata takaran emas itu berada didalam karung Bunyamin, dan sebagai hukumannya, yang membawa takaran tersebut harus ditawan di istana. Karena dihadapakan ke penguasa Mesir, Bunyamin merasa ketakutan dan gemetar. Melihat Bunyamin ketakutan, Yusuf berkata kepada Bunyamin: Janganlah kamu merasa takut tinggal disini, aku ini adalah saudaramu sendiri, saudara sekandung seayah dan seibu, karena ulah saudara-saudaramu, sehingga aku harus berpisah beberapa tahun lamanya. Sebagaimana firman Allah:
Dan tatkala mereka ke tempat Yusuf, Yusuf membawa saudaranya (Bunyamin) ke tempatnya. Yusuf berkata: Sesungguhnya aku (ini) adalah saudaramu, maka janganlah kamu berduka cita terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Maka tatkala telah disiapkan untuk mereka bahan makanan mereka, Yusuf memasukkan piala (tempat minum/takaran) kedalam karung saudaranya. Kemudian berteriaklah seorang yang menyerukan: Hai kalifah, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang mencuri.
Mereka menjawab sambil menghadap kepada penyeru-penyeru itu: Barang apakah yang hilang daripada kamu?
Penyeru-penyeru itu berkata: Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya.
Saudara-saudara Yusuf berkata: Demi Allah sesungguhnya kamu mengetahui bahwa kami datang bukan untuk membuat kerusakan di negeri (ini) dan kami bukanlah orang-orang mencuri.
Mereka menjawab: Tetapi apa balasannya jikalau kamu bertul-betul pendusta.
Mereka menjawab: Balasanya ialah pada siapa yang ditemukan (barang yang hilang) dalam karungnya, maka dia sendirilah balasannya (sebagai tebusan). Demikianlah kamu memberi pembalasan kepada orang yang dzalim.
Maka mulailah Yusuf (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan piala raja itu dari karung saudaranya. Demikianlah kami atur untuk (mencapai maksud) Yusuf. Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendakiNya. Kami tinggikan derajat orang yang Kami hendaki, dan diatas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada yang Maha Mengetahui.” (QS. Yusuf: 69-76)

16.  Penderitaan Ya’qub Semakin Memuncak
Dengan ditahanya Bunyamin di Mesir, maka menambah pederitaan Ya’qub, karena kepedihan dan kesedihan Ya’qub atas hilangnya Yusuf belum hilang dari ingatan, dan kini ditambah lagi dengan hilangnya Bunyamin. Kalian membuat aku sedih dan menambah sakitku, tidak menghiburnya malah menambah sakitku, kata Ya’qub kepada anak-anaknya.
Setelah hilangnya Bunyamin, apapun perkataan dari anak-anaknya tidak dihiraukan oleh ayahnya (Ya’qub). Dan jehilangan dua anaknya tersebut, Ya’qub tidak mengadu kepada siapa-siapa, hanya memohon dan berdo’a kepada Allah, karena Ya’qub masih mengharapkan kembalinya kedua anaknya, maka hanya kepada Allah sajalah Ya’qub meminta pertolongan, dan dalam hatinya mengatakan bahwa kedua anaknya masih hidup, oleh karena itu Ya’qub meminta anak-anaknya untuk pergi ke Mesir mencari saudaranya Yusuf dan Bunyamin.

17.  Saudara-Saudara Yusuf Mencari Yusuf dan Bunyamin
Setelah mendapat perintah dari ayahnya, maka saudara-saudara Yusuf segera pergi ke Mesir untuk mencari Yusuf dan Bunyamin, setelah sampai di Mesir mereka langsung menemui sang raja dan menceritakan apa adanya tentang kondisi keluarganya kepada Raja (Yusuf), setelah mendengar cerita dari saudaranya tersebut, Yusuf membuka rahasia pribadinya dan mengatakan dengan sebenarnya bahwa dirinya adalah Yusuf yang pernah dimasukkan kedalam sumur oelh saudara-saudaranya.
Mendengar pengakuan tersebut, saudara-saudara Yusuf merasa keheranan dan tercengang, karena mereka mengira Yusuf sudah mati dan kejadian itu sudah berlangsung lama sekali. Setelah itu Yusuf berkata kepada mereka: Allah telah memberikan nikmat kepada kami berupa keselamatan dan kehancuran dan memberikan kepada kami kemuliaan, kekuasaan dan kekayaan. Ini adalah balasan bagi orang-orang yang selalu berbuat baik.
Saudara-saudara Yusuf hanya bisa berkata: Demi Allah, Dia telah memberi kelebihan kepadamu daripada kami berupa ketaqwaan, kesabaran dan tingkah laku yang baik serta penuh kedudukan yang tinggi. Sedang kami adalah orang-orang yang penuh dosa tidak bertaqwa dan tidak sabar, kami telah berbuat salah dalam berbicara dan berbuat terhadapmu, maka kami hanya bisa mengadu kepada Allah dan kepadamu, kasihanilah kami dan janganlah diberi hukuman yang pedih. Yusuf berkata: Kamu sekarang tidak tercela dan tidak akan dihukum. Hanya saya minta kepada kalian mohonlah kepada Allah ampunan dan rahmatNya, sebab Dia Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Sesudah Yusuf memerintahkan kepada sudara-saudaranya menghadap ayahnya, dan ia tahu bahwa kebutaan ayahnya diakibatkan karena kesedihannya yang setiap hari menangis, Yusuf memberikan bajunya untuk diusap-usapkan kemuka ayhnya, niscaya akan melihat kembali. Yusuf juga menyuruh kepada saudara-saudaranya membawa ayah dan seluruh keluarganya ke Mesir.

18.  Ya’qub Mencium Bau Yusuf
Ketika saudara-saudara Yusuf sampai di rumah dengan membawa baju Yusuf, Ya’qub sudah dapat mencium bahwa Yusuf masih hidup dan mendapat kedudukan yang mulia dan terhormat. Setelah menerima kabar dari anak-anaknya bahwa Yusuf masih hidup sambil mengusapkan baju Yusuf di wajah Ya’qub, seketika itu juga dengan pertolongan Allah, mata yang semula tidak dapat melihat, sekarang bisa melihat. Sebagaimana firman Allah:
Tatkala ketika itu keluar dari Mesir berkata ayah mereka: Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhkan lemah akal (tentu kamu membenarkan aku).
Keluarganya berkata: Demi Allah, sesungguhnya kamu masih dalam kekeliruan dahulu.
Tatkala telah tiba pembawa kabar gembira itu, maka diletakkannya baju gamis itu ke wajah Ya’qub, lalu kembalilah dia dapat melihat. Berkata Ya’qub: tidak aku katakan kepadamu, bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya.
Mereka berkata: Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun negi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa).
Ya’qub berkata: Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yusuf: 94-98)

19.  Pertemuan Yang Mengharukan Antara Yusuf dan Ya’qub Sekaligus Bukti Kebenaran Mimpinya
Tidak dapat dibayangkan dan dilukiskan, betapa bahagianya hati Ya’qub ketika dipertemukan dengan Yusuf yang sudah beberapa tahun lamanya berpisah dengan keluarganya, dan kini bertemu lagi dalam keadaan baik dan selamat dan menduduki tempat tertinggi di Mesir.
Yusuf menerima ayahnya dan saudara-saudaranya yang lain dengan penuh kehormatan dan dipersilahkan ayah dan ibunya untuk menduduki singgah sana kerajaan seraya bersujud memberi penghormatan kepada Yusuf.
Dalam keadaan mereka bersujud kepada Yusuf, ia berkata kepada ayahnya: Inilah tafsir dari apa yang telah aku ceritakan kepadamu. Ketika itu aku bermimpi melihat sebelas bintang matahari dan bulan bersujud kepadaku dan Tuhan telah membuktikannya sekarang. Sebagaimana firman Allah:
Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf, Yusuf merangkul ibu bapaknya dan dia berkata: Masuklah kamu ke Negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman.
Dan ia menaikkan kedua ibu bapaknya ke atas singgasana. Mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Yusuf berkata: Wahai ayahku inilah tabir mimpiku yang dahulu itu, sesungguhnya Tuhan telah menjadikannya suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhan telah berbuat baik kepadaku, ketika membebaskan aku dari rumah penjara dan ketika membawa kami dari dusun padang pasir, setelah setan merusakkan (hubungan) antara aku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhan Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian tabir mimpi. (Ya Tuhan), pencipta langit dan bumi. Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan islam dan gabungkanlah dengan orang-orang yang sholeh.” (QS. Yusuf: 99-101)