Bismillahirrohmanirrohim
(dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
1. Nasabnya Nab Nuh as
(dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
1. Nasabnya Nab Nuh as
Nasabnya Nabi Nuh ialah
Nuh bin Lamik bin Matu Syalih bin Akhnukh (Idris).
2. Kenabian Nuh as
Menurut
Al-Qur’an: Usia Nabi Nuh ialah 950 tahun dan
menerima wahyu ke Nabian dari Allah pada usia 480 tahun. Jadi Nabi Nuh
menjadi nabi kira-kira lebih kurang 500 tahun atau 5 abad lamanya.
Menurut
salah satu riwayat setelah meninggalnya Adam kehidupan manusia mengalami
kerusakan, mereka banyak yang menyembah kepada patung-patung, bahkan banyak
diantara mereka berperilaku seperti perilaku binatang-binatang yang tidak punya
akal dan menyimpang dari ajaran Adam, karena mereka lupa pada ajaran Adam,
sehingga pada saat itu banyak terjadi pembunuhan, perampokan dan
perbuatan-perbuatan rusak lainnya.
Oleh
karena itu Allah mengutus Nabi-Nabi dan Rasul untuk membimbing mereka, dengan
memberikan kabar gembira dan ancaman. Nabi yang pertama kali diutus oleh Allah
untuk menyampaikan kabar gembira dan ancaman itu adalah Nabi Idris.
Sepeninggal
Nabi Idris, diantara manusia-manusia ada yang menjadi kafir dan jahat
kelakuannya seperti binatang dan ada yang menjadi orang baik-baik, sholeh, baik
perilakunya, ucapan maupun tindakannya. Diantara mereka yang baik-baik itu
adalah Wad, Suwa’, Ya’uq, Yaghuts dan Nashr.
Kelima
orang yang sholeh tersebut akhirnya mati, walaupun mereka sudah mati, tapi nama
mereka masih tetap harum di tengah-tengah masyarakat dan kelima orang itu
selalu diagung-agungkan. Karena mereka terlalu berlebihan dalam menyanjung dan
mengagunkan, sampai kelima orang diabadikan dalam gambar-gambar dan
patung-patung yang mereka sembah.
Akhirnya
kecintaan dan penghormatan terhadap kelima orang laki-laki itu sampai kepada
anak cucu mereka dan turun temurun, dan pada puncaknya orang yang baik-baik
tersebut dihormati, dipuja-puja, dimintai syafaat dan dimintai sesuatu yang
dihajatkan. Karena anggapan mereka orang-orang yang baik-baik itu (Wad, Suwa’,
Yaghuts, Ya’uq dan Nashr) itu adalah Tuhan. Begitulah seterusnya I’tikad yang
demikian semakin mendalam. Ajaran yang dibawa Adam, Idris sudah mereka lupakan,
sudah tidak lagi menyembah Allah yang wujudnya tidak ada dihadapannya, dan
mereka semua beralih menyembah kepada patung-patung yang mereka buat sendiri
dan dapat dilihat dengan jelas oleh matanya.
Tugas-tugas berat
seperti itulah yang diemban oleh Nabi Nuh untuk memberi peringatan,
menyampaikan risalah, menyampaikan ajaran Allah dan mengajak mereka supaya
menyembah kepada Allah.
3. Nabi Nuh Memberantas Patung-Patung dan
Berhala-Berhala
Ditengah-tengah
masyarakat yang lagi rusak akhlaknya dan rusak moralnya, Nabi Nuh dengan penuh
kesabaran dan keyakinan yang kuat menyampaikan ajaran-ajaran Tuhan kepada semua
kaumnya dengan kata-kata yang fasih dan penuh hikmah. Nabi Nuh mengajak kepada
kaumnya agar menyembah kepada Allah dan meninggalkan menyembah kepada
patung-patung dan berhala-berhala yang terbuat dari batu itu. Dalam Al-Qur’an
disebutkan nama-nama patung dan berhala yang mereka sembah itu, sebagaimana
firman Allah:
“Dan mereka berkata:
Janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan, dan jangan
pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) terhadap Wad, dan jangan pula
terhadap Suwa, Yaghuts, Ya’ud dan Nashr. Dan sesudahnya mereka telah
menyesatkan kebanyakan (manusia) dan janganlah Engkau tambahkan bagi
orang-orang yang dhalim itu selain kesesatan.” (QS. Nuh: 23-24)
4. Nabi Nuh Mulai Berda’wah ke Jalan Allah
Dengan
penuh kesabaran dan tidak mengenal putus asa Nabi Nuh mempergunakan hampir
seluruh umurnya yang diberikan Allah untuk menghadapi kaumnya yang sama-sama
ingkar kepada ajaran-ajaran Nabi yang terdahulu, sama menyembah kepada
patung-patung dan berhala-berhala, bahkan dalam waktu yang hampir seribu tahun
Nabi Nuh berda’wah hanya mendapatkan pengikut sekitar 75 orang, yang semuanya
terdiri orang-orang lemah dan melarat, sebagaimana firman Allah:
“Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal
diantara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun” (QS. al-‘Ankabut: 14)
Dalam
waktu yang cukup lama tersebut, Nabi Nuh mengajak kepada kaumnya untuk
meninggalkan perbuatan jahat dan mengajak menyembah kepada Allah dan taat
kepada apa yang diperintahkan oleh Allah, sebagaimana firman Allah:
“Nuh berkata:
Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu,
(yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertaqwalah kepadaNya dan taatlah kepadaku
(Nuh) niscaya Allah akan mengampuni kepada sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan
kamu, sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila
telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui.” (QS. Nuh: 2-4)
5. Ocehan Kaumnya Nabi Nuh
Usaha
keras yang dilakukan oleh Nabi Nuh untuk menyampaikan ajaran Allah tidak
berhasil, malah Nabi Nuh mendapat ocehan, omelan dari kaumnya. Ada beberapa
alasan yang menyebabkan Nabi Nuh mendapatkan ocehan dari kaumnya, diantaranya
adalah:
1.
Nuh
adalah seorang manusia biasa yang membutuhkan makan dan minum seperti kita ini.
2.
Pengikut-pengikut
Nuh itu adalah orang-orang yang melarat dan hina, kaum fakir dan miskin serta
buruh.
3. Mereka menuduh Nuh dan para pengikutnya sebagai
orang-orang bohong, tapi tuduhan itu tidak dapat dibuktikan dengan bukti yang
nyata.
Ocehan dan omelan yang dilakukan oleh kaum Nabi Nuh atas
da’wah yang dilakukan oleh Nabi Nuh dengan metode ceramah itu, sesuai dengan
firman Allah:
“Maka berkatalah pemimpin-pemimpin kafir dari kaumnya kami
tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang seperti kami, dan kami tidak
melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina
diantara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki
sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah
orang-orang yang dusta.” (QS. Hud: 27)
6. Dakwahnya Nabi Nuh Kepada Kaumnya Lewat Diskusi
Kegagalan
Nabi Nuh dalam menyampaikan da’wah dengan metode ceramah tidak membuahkan
hasil, tidak membuat Nabi Nuh mundur dan putus asa, malah dengan kegagalan
tersebut membuat Nabi Nuh tambah semangat dan giat untuk mencari cara dan
metode yang tepat untuk menyampaikan da’wahnya, yaitu da’wah dengan cara
diskusi (tanya jawab), baik secara perorangan maupun dengan cara berkelompok.
Dan keduanya saling mendatangkan bukti dan dalil yang dapat diajukan.
Nampaknya kebodohan dan
kegelapan itulah yang menyelimuti pada diri pribadi kaumnya Nabi Nuh, sehingga
dengan cara apapun Nabi Nuh menyampaikan da’wahnya, kaumnya masih belum mau
mengindahkan ajaran-ajaran Allah yang dibawah oleh Nabi Nuh.
7. Dakwahnya Nabi Nuh dengan Menunjukkan Keagungan
dan Kekuasaan Allah
Dengan
berbagai cara dan metode Nabi Nuh berda’wah kepada kaumnya tapi tidak pernah
membuahkan hasil. Dan cara terakhir yang dilakukan oleh Nabi Nuh untuk
berda’wah adalah dengan cara menunjukkan bukti keagungan dan kebesaran
kekuasaan Allah yang dapat dilihat dan dapat dinikmati oleh kaumnya baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Diantara
da’wah Nabi Nuh dengan cara menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah,
sebagaimana firman Allah:
“Tidaklah kamu
perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?
Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari
sebagai pelita? Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya,
kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (dari
padanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya. Dan Allah menjadikan bumi
untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang lurus di bumi
itu.” (QS. Nuh: 15-20)
8. Keingkaran Kaumnya Nabi Nuh Tambah Memuncak
Perkataan
dan nasehat Nabi Nuh yang bagaimanapun bentuknya, baik yang berupa ceramah,
diskusi atau dengan menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah, tidak membawa
pengaruh apa-apa, tidak membuka pintu kebaikan dihatinya, bahkan mereka tambah
sombong dan membantah serta menantang Nabi Nuh, agar mendatangkan adzab Allah,
sebagaimana firman Allah:
“Mereka
(kaumnya Nuh) berkata: Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah membantah dengan kami,
dan kamu tidak memperpanjang bantahanmu terhadap kami maka datangkanlah kepada
kami adzab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang
benar. Nuh menjawab: Hanyalah Allah yang mendatangkan adzab itu kepadamu jika
Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak melepaskan diri. Dan tidaklah
bermanfaat kepadamu masehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu,
sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu, dan kepadaNyalah
kamu dikembalikan.” (QS. Hud: 32-34)
Disamping
mereka sombong dan menentang Nabi Nuh, mereka juga berlaku sombong dan
menjelek-jelekkan Nabi Nuh, sebagaimana firman Allah:
“Sungguh jika kamu tidak
(mau) berhenti hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang
dirajam.” (QS. Asy Syu’aro: 116)
9. Nabi Nuh Mengadu Kepada Allah
Berbagai
macam cara yang dilakukan oleh Nabi Nuh, baik dengan cara ceramah, diskusi, dan
menunjukkan bukti kekuasaan tidak membuahkan hasil, malah kaumnya semakin
bertambah semangat dalam menentang dan memusuhi Nabi Nuh, maka Nabi Nuh mengadu
kepada Tuhan sambil memanjatkan agar Tuhan melenyapkan semua orang kafir dimuka
bumi ini, tak seorangpun yang perlu ditinggalkan, karena kalau Allah membiarkan
orang-orang kafir hidup terus, mereka akan terus membuat kerusakan dan berbuat
jahat dan akan memperbanyak dosa, bahkan akan mewariskan kesesatan itu kepada
generasi penerusnya. Sebagaimana firman Allah:
“Nuh
berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku, karena itu
adakanlah keputusan antara orang-orang yang mu’min besertaku.” (QS. Asy
Syu’ara: 117-118)
“Maka
dia (Nuh) mengadu kepada Tuhannya,bahwasanya aku ini adalah orang yang
dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah aku.” (QS. al-Qamar: 10)
“Nuh berkata: Ya
Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun diantara orang-orang kafir jika
Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hambaMu,
dan mereka tidak akan membiarkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat
kafir.” (QS. Nuh: 26-27)
10. Nabi Nuh dan Pengikutnya Membuat Kapal
Setelah
Allah mendengar do’a dan pengaduan Nabi Nuh Allah menurunkan wahyu kepada Nuh
untuk membuat kapal atau perahu keselamatan (Safinatun Najah). Dalam pembuatan
perahu itu Nuh dibantu oleh para pengikutnya yang beriman dan dibantu pula oleh
tukang-tukang perahu. Perbuatan yang dilakukan Nabi Nuh dan pengikutnya
tersebut mendapat cemoohan dan hinaan dari orang-orang kafir yang menyombongkan
diri, karena Nabi Nuh membuat perahu tersebut pada musim panas. Menanggapi
ejekan dan hinaan dari orang-orang kafir tersebut Nabi Nuh hanya mengatakan
“Bahwa sebentar lagi kami akan mengejekmu dengan adzab Allah.” Sebagaimana
firman Allah:
“Dan diwahyukan kepada
Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman diantara kamu, kecuali orang
yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih tentang apa yang
selalu mereka kerjakan. Dan buatlah bahtera (perahu) itu dengan pengawasan dan
petunjuk wahyu kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang
orang-orang dzalim itu, sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. Dan
mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan
melewati Nuh, mereka mengerjakannya. Berkatalah Nuh, jika kamu mengejek kami,
maka sesungguhnya (kamipun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek
(kami). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh adzab yang
menghinakannya, dan yang akan ditimpa adzab yang kekal.” (QS. Hud: 36-39)
11. Datanglah Banjir Besar
Setelah
Nabi Nuh selesai membuat perahu, mulailah terlihat tanda-tanda akan datangnya
adzab Allah kepada orang yang kafir. Langit sudah mulai mendung yang sangat
tebal, angin-angin kencang mulai berhembusan dan tidak lama kemudian turun
hujan yang sangat lebat yang menghancurkan tanaman-tanaman menenggelamkan
tumbuh-tumbuhan dan menenggelamkan orang-orang kafir yang sombong.
Sementara
itu Nabi Nuh dan para pengikutnya sudah berada pada perahu keselamatan yang
sudah dibuat sebelumnya, tidak ketinggalan pula dalam perahu keselamatan
tersebut, semua jenis tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan milik pengikutnya Nabi
Nuh, sebagaimana firman Allah:
“Hingga
apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman:
Muatkanlah kedalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan
betina), dan keluargamu kecuali orang-orang yang telah terdahulu ketetapan
terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman. Dan tidak beriman
bersama Nuh itu kecuali sedikit.
Nuh berkata: Naiklah
kamu sekalian kedalamnya dengan menyebut nama Allah diwaktu berlayar dan
berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana
gunung.” (QS. Hud: 40-42)
12. Tenggelamnya Putra Nuh
Nabi
Nuh telah tahu bahwa banjir yang menimpa kaumnya yang ingkar itu akan
memusnahkan semuanya tanpa seorangpu yang selamat. Oleh karena itu pada saat
banjir datang, Nabi Nuh berusaha menyelamatkan keluarganya termasuk anaknya
agar terhindar dari bahaya banjir. Tetapi anaknya (Nuh) yang bernama Kan’an itu
termasuk orang yang mengkufurkan ajaran yang dibawa Nabi Nuh, sehingga Kan’an
termasuk golongannya orang akan menerima adzab dari Allah.
Setelah
Nabi Nuh mengetahui bahwa anaknya yang ingkar tersebut tidak dapat
diselamatkan, Nabi Nuh menyesali perbuatannya dan mengaku berdosa sambil
berkata: Aku mohon perlindunganMu wahai Tuhanku, dan takut kepadaMu. Sekarang
aku berlindung kepadaMu, jika Engkau tidak segera mengampuni dan menyayangku,
niscaya aku termasuk orang-orang yang merugi.
Dan dengan datangnya
bencana banjir tersebut seluruh kaumnya Nabi Nuh yang ingkar binasa termasuk didalamnya
anak dan istrinya yang juga kufur kepada ajaran Nuh.
13. Banjir Telah Reda
Setelah
bencana banjir yang begitu besar yang membinasahkan seluruh kaumnya Nabi Nuh
yang kufur, maka awan-awan dilangit mulai hilang, hujan-hujan mulai berhenti,
bumi sudah mulai menghisap air dan kapal yang ditumpangi Nabi Nuh sudah berlabu
diatas gunung. Kemudian Allah memerintahkan pada Nabi Nuh turun dari bahtera
perahunya dan mulai dengan kehidupan baru lagi setelah terjadinya bencana yang
begitu besar.
Dalam
akhir kisah Nuh ini, Allah menuturkan kisah ini kepada Nabi Muhammad saw,
seraya berfirman: Kisah Nabi Nuh dan kaumnya yang kami ceritakan kepadamu
(Muhammad) adalah kabar ghaib, kamu dan kaummu tidak mengetahui kisah ini
kepadamu. Maka sabarlah dalam menghadapi kaummu, seperti keberuntungan
sebagaimana yang pernah diperoleh Nuh. Dan akibat yang baik itu senantiasa akan
diperoleh orang-orang yang bertaqwa.
Contoh
kesabaran Nabi Nuh yang dituturkan Allah kepada Muhammad juga terdapat dalam
firman Allah:
“Itu
adalah diantara berita-berita penting tentang yang ghaib, yang kami wahyukan
kepadamu (Muhammad) tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu
sebelum ini. Maka bersabarlah, sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi
orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Hud: 49)
0 comments:
Post a Comment