Tuesday, August 19, 2014

Bismillahirrohmanirrohim 
(dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

1.      Nasabnya Nab Nuh as
Nasabnya Nabi Nuh ialah Nuh bin Lamik bin Matu Syalih bin Akhnukh (Idris).

      2.      Kenabian Nuh as
Menurut Al-Qur’an: Usia Nabi Nuh ialah 950 tahun dan  menerima wahyu ke Nabian dari Allah pada usia 480 tahun. Jadi Nabi Nuh menjadi nabi kira-kira lebih kurang 500 tahun atau 5 abad lamanya.
Menurut salah satu riwayat setelah meninggalnya Adam kehidupan manusia mengalami kerusakan, mereka banyak yang menyembah kepada patung-patung, bahkan banyak diantara mereka berperilaku seperti perilaku binatang-binatang yang tidak punya akal dan menyimpang dari ajaran Adam, karena mereka lupa pada ajaran Adam, sehingga pada saat itu banyak terjadi pembunuhan, perampokan dan perbuatan-perbuatan rusak lainnya.
Oleh karena itu Allah mengutus Nabi-Nabi dan Rasul untuk membimbing mereka, dengan memberikan kabar gembira dan ancaman. Nabi yang pertama kali diutus oleh Allah untuk menyampaikan kabar gembira dan ancaman itu adalah Nabi Idris.
Sepeninggal Nabi Idris, diantara manusia-manusia ada yang menjadi kafir dan jahat kelakuannya seperti binatang dan ada yang menjadi orang baik-baik, sholeh, baik perilakunya, ucapan maupun tindakannya. Diantara mereka yang baik-baik itu adalah Wad, Suwa’, Ya’uq, Yaghuts dan Nashr.
Kelima orang yang sholeh tersebut akhirnya mati, walaupun mereka sudah mati, tapi nama mereka masih tetap harum di tengah-tengah masyarakat dan kelima orang itu selalu diagung-agungkan. Karena mereka terlalu berlebihan dalam menyanjung dan mengagunkan, sampai kelima orang diabadikan dalam gambar-gambar dan patung-patung yang mereka sembah.
Akhirnya kecintaan dan penghormatan terhadap kelima orang laki-laki itu sampai kepada anak cucu mereka dan turun temurun, dan pada puncaknya orang yang baik-baik tersebut dihormati, dipuja-puja, dimintai syafaat dan dimintai sesuatu yang dihajatkan. Karena anggapan mereka orang-orang yang baik-baik itu (Wad, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nashr) itu adalah Tuhan. Begitulah seterusnya I’tikad yang demikian semakin mendalam. Ajaran yang dibawa Adam, Idris sudah mereka lupakan, sudah tidak lagi menyembah Allah yang wujudnya tidak ada dihadapannya, dan mereka semua beralih menyembah kepada patung-patung yang mereka buat sendiri dan dapat dilihat dengan jelas oleh matanya.
Tugas-tugas berat seperti itulah yang diemban oleh Nabi Nuh untuk memberi peringatan, menyampaikan risalah, menyampaikan ajaran Allah dan mengajak mereka supaya menyembah kepada Allah.

3.      Nabi Nuh Memberantas Patung-Patung dan Berhala-Berhala
Ditengah-tengah masyarakat yang lagi rusak akhlaknya dan rusak moralnya, Nabi Nuh dengan penuh kesabaran dan keyakinan yang kuat menyampaikan ajaran-ajaran Tuhan kepada semua kaumnya dengan kata-kata yang fasih dan penuh hikmah. Nabi Nuh mengajak kepada kaumnya agar menyembah kepada Allah dan meninggalkan menyembah kepada patung-patung dan berhala-berhala yang terbuat dari batu itu. Dalam Al-Qur’an disebutkan nama-nama patung dan berhala yang mereka sembah itu, sebagaimana firman Allah:
Dan mereka berkata: Janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan, dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) terhadap Wad, dan jangan pula terhadap Suwa, Yaghuts, Ya’ud dan Nashr. Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia) dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang dhalim itu selain kesesatan.” (QS. Nuh: 23-24)

4.      Nabi Nuh Mulai Berda’wah ke Jalan Allah
Dengan penuh kesabaran dan tidak mengenal putus asa Nabi Nuh mempergunakan hampir seluruh umurnya yang diberikan Allah untuk menghadapi kaumnya yang sama-sama ingkar kepada ajaran-ajaran Nabi yang terdahulu, sama menyembah kepada patung-patung dan berhala-berhala, bahkan dalam waktu yang hampir seribu tahun Nabi Nuh berda’wah hanya mendapatkan pengikut sekitar 75 orang, yang semuanya terdiri orang-orang lemah dan melarat, sebagaimana firman Allah:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal diantara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun” (QS. al-‘Ankabut: 14)
Dalam waktu yang cukup lama tersebut, Nabi Nuh mengajak kepada kaumnya untuk meninggalkan perbuatan jahat dan mengajak menyembah kepada Allah dan taat kepada apa yang diperintahkan oleh Allah, sebagaimana firman Allah:
Nuh berkata: Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, (yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertaqwalah kepadaNya dan taatlah kepadaku (Nuh) niscaya Allah akan mengampuni kepada sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu, sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui.” (QS. Nuh: 2-4)

5.      Ocehan Kaumnya Nabi Nuh
Usaha keras yang dilakukan oleh Nabi Nuh untuk menyampaikan ajaran Allah tidak berhasil, malah Nabi Nuh mendapat ocehan, omelan dari kaumnya. Ada beberapa alasan yang menyebabkan Nabi Nuh mendapatkan ocehan dari kaumnya, diantaranya adalah:
1.      Nuh adalah seorang manusia biasa yang membutuhkan makan dan minum seperti kita ini.
2.      Pengikut-pengikut Nuh itu adalah orang-orang yang melarat dan hina, kaum fakir dan miskin serta buruh.
3.      Mereka menuduh Nuh dan para pengikutnya sebagai orang-orang bohong, tapi tuduhan itu tidak dapat dibuktikan dengan bukti yang nyata.
Ocehan dan omelan yang dilakukan oleh kaum Nabi Nuh atas da’wah yang dilakukan oleh Nabi Nuh dengan metode ceramah itu, sesuai dengan firman Allah:
Maka berkatalah pemimpin-pemimpin kafir dari kaumnya kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina diantara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta.” (QS. Hud: 27)

6.      Dakwahnya Nabi Nuh Kepada Kaumnya Lewat Diskusi
Kegagalan Nabi Nuh dalam menyampaikan da’wah dengan metode ceramah tidak membuahkan hasil, tidak membuat Nabi Nuh mundur dan putus asa, malah dengan kegagalan tersebut membuat Nabi Nuh tambah semangat dan giat untuk mencari cara dan metode yang tepat untuk menyampaikan da’wahnya, yaitu da’wah dengan cara diskusi (tanya jawab), baik secara perorangan maupun dengan cara berkelompok. Dan keduanya saling mendatangkan bukti dan dalil yang dapat diajukan.
Nampaknya kebodohan dan kegelapan itulah yang menyelimuti pada diri pribadi kaumnya Nabi Nuh, sehingga dengan cara apapun Nabi Nuh menyampaikan da’wahnya, kaumnya masih belum mau mengindahkan ajaran-ajaran Allah yang dibawah oleh Nabi Nuh.

7.      Dakwahnya Nabi Nuh dengan Menunjukkan Keagungan dan Kekuasaan Allah
Dengan berbagai cara dan metode Nabi Nuh berda’wah kepada kaumnya tapi tidak pernah membuahkan hasil. Dan cara terakhir yang dilakukan oleh Nabi Nuh untuk berda’wah adalah dengan cara menunjukkan bukti keagungan dan kebesaran kekuasaan Allah yang dapat dilihat dan dapat dinikmati oleh kaumnya baik secara langsung  maupun tidak langsung.
Diantara da’wah Nabi Nuh dengan cara menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah, sebagaimana firman Allah:
Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (dari padanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang lurus di bumi itu.” (QS. Nuh: 15-20)

8.      Keingkaran Kaumnya Nabi Nuh Tambah Memuncak
Perkataan dan nasehat Nabi Nuh yang bagaimanapun bentuknya, baik yang berupa ceramah, diskusi atau dengan menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah, tidak membawa pengaruh apa-apa, tidak membuka pintu kebaikan dihatinya, bahkan mereka tambah sombong dan membantah serta menantang Nabi Nuh, agar mendatangkan adzab Allah, sebagaimana firman Allah:
Mereka (kaumnya Nuh) berkata: Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah membantah dengan kami, dan kamu tidak memperpanjang bantahanmu terhadap kami maka datangkanlah kepada kami adzab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar. Nuh menjawab: Hanyalah Allah yang mendatangkan adzab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak melepaskan diri. Dan tidaklah bermanfaat kepadamu masehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu, dan kepadaNyalah kamu dikembalikan.” (QS. Hud: 32-34)
Disamping mereka sombong dan menentang Nabi Nuh, mereka juga berlaku sombong dan menjelek-jelekkan Nabi Nuh, sebagaimana firman Allah:
Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam.” (QS. Asy Syu’aro: 116)

9.      Nabi Nuh Mengadu Kepada Allah
Berbagai macam cara yang dilakukan oleh Nabi Nuh, baik dengan cara ceramah, diskusi, dan menunjukkan bukti kekuasaan tidak membuahkan hasil, malah kaumnya semakin bertambah semangat dalam menentang dan memusuhi Nabi Nuh, maka Nabi Nuh mengadu kepada Tuhan sambil memanjatkan agar Tuhan melenyapkan semua orang kafir dimuka bumi ini, tak seorangpun yang perlu ditinggalkan, karena kalau Allah membiarkan orang-orang kafir hidup terus, mereka akan terus membuat kerusakan dan berbuat jahat dan akan memperbanyak dosa, bahkan akan mewariskan kesesatan itu kepada generasi penerusnya. Sebagaimana firman Allah:
Nuh berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku, karena itu adakanlah keputusan antara orang-orang yang mu’min besertaku.” (QS. Asy Syu’ara: 117-118)
Maka dia (Nuh) mengadu kepada Tuhannya,bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah aku.” (QS. al-Qamar: 10)
Nuh berkata: Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun diantara orang-orang kafir jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hambaMu, dan mereka tidak akan membiarkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.” (QS. Nuh: 26-27)

10.  Nabi Nuh dan Pengikutnya Membuat Kapal
Setelah Allah mendengar do’a dan pengaduan Nabi Nuh Allah menurunkan wahyu kepada Nuh untuk membuat kapal atau perahu keselamatan (Safinatun Najah). Dalam pembuatan perahu itu Nuh dibantu oleh para pengikutnya yang beriman dan dibantu pula oleh tukang-tukang perahu. Perbuatan yang dilakukan Nabi Nuh dan pengikutnya tersebut mendapat cemoohan dan hinaan dari orang-orang kafir yang menyombongkan diri, karena Nabi Nuh membuat perahu tersebut pada musim panas. Menanggapi ejekan dan hinaan dari orang-orang kafir tersebut Nabi Nuh hanya mengatakan “Bahwa sebentar lagi kami akan mengejekmu dengan adzab Allah.” Sebagaimana firman Allah:
Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman diantara kamu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih tentang apa yang selalu mereka kerjakan. Dan buatlah bahtera (perahu) itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang dzalim itu, sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengerjakannya. Berkatalah Nuh, jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya (kamipun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh adzab yang menghinakannya, dan yang akan ditimpa adzab yang kekal.” (QS. Hud: 36-39)

11.  Datanglah Banjir Besar
Setelah Nabi Nuh selesai membuat perahu, mulailah terlihat tanda-tanda akan datangnya adzab Allah kepada orang yang kafir. Langit sudah mulai mendung yang sangat tebal, angin-angin kencang mulai berhembusan dan tidak lama kemudian turun hujan yang sangat lebat yang menghancurkan tanaman-tanaman menenggelamkan tumbuh-tumbuhan dan menenggelamkan orang-orang kafir yang sombong.
Sementara itu Nabi Nuh dan para pengikutnya sudah berada pada perahu keselamatan yang sudah dibuat sebelumnya, tidak ketinggalan pula dalam perahu keselamatan tersebut, semua jenis tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan milik pengikutnya Nabi Nuh, sebagaimana firman Allah:
Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: Muatkanlah kedalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang-orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman. Dan tidak beriman bersama Nuh itu kecuali sedikit.
Nuh berkata: Naiklah kamu sekalian kedalamnya dengan menyebut nama Allah diwaktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung.” (QS. Hud: 40-42)

12.  Tenggelamnya Putra Nuh
Nabi Nuh telah tahu bahwa banjir yang menimpa kaumnya yang ingkar itu akan memusnahkan semuanya tanpa seorangpu yang selamat. Oleh karena itu pada saat banjir datang, Nabi Nuh berusaha menyelamatkan keluarganya termasuk anaknya agar terhindar dari bahaya banjir. Tetapi anaknya (Nuh) yang bernama Kan’an itu termasuk orang yang mengkufurkan ajaran yang dibawa Nabi Nuh, sehingga Kan’an termasuk golongannya orang akan menerima adzab dari Allah.
Setelah Nabi Nuh mengetahui bahwa anaknya yang ingkar tersebut tidak dapat diselamatkan, Nabi Nuh menyesali perbuatannya dan mengaku berdosa sambil berkata: Aku mohon perlindunganMu wahai Tuhanku, dan takut kepadaMu. Sekarang aku berlindung kepadaMu, jika Engkau tidak segera mengampuni dan menyayangku, niscaya aku termasuk orang-orang yang merugi.
Dan dengan datangnya bencana banjir tersebut seluruh kaumnya Nabi Nuh yang ingkar binasa termasuk didalamnya anak dan istrinya yang juga kufur kepada ajaran Nuh.

13.  Banjir Telah Reda
Setelah bencana banjir yang begitu besar yang membinasahkan seluruh kaumnya Nabi Nuh yang kufur, maka awan-awan dilangit mulai hilang, hujan-hujan mulai berhenti, bumi sudah mulai menghisap air dan kapal yang ditumpangi Nabi Nuh sudah berlabu diatas gunung. Kemudian Allah memerintahkan pada Nabi Nuh turun dari bahtera perahunya dan mulai dengan kehidupan baru lagi setelah terjadinya bencana yang begitu besar.
Dalam akhir kisah Nuh ini, Allah menuturkan kisah ini kepada Nabi Muhammad saw, seraya berfirman: Kisah Nabi Nuh dan kaumnya yang kami ceritakan kepadamu (Muhammad) adalah kabar ghaib, kamu dan kaummu tidak mengetahui kisah ini kepadamu. Maka sabarlah dalam menghadapi kaummu, seperti keberuntungan sebagaimana yang pernah diperoleh Nuh. Dan akibat yang baik itu senantiasa akan diperoleh orang-orang yang bertaqwa.
Contoh kesabaran Nabi Nuh yang dituturkan Allah kepada Muhammad juga terdapat dalam firman Allah:
Itu adalah diantara berita-berita penting tentang yang ghaib, yang kami wahyukan kepadamu (Muhammad) tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah, sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Hud: 49)

0 comments:

Post a Comment