Saturday, September 6, 2014

Bismillahirrohmanirrohim 
(dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

Taubat adalah cara kita meminta ampunan kepada Allah
1.      Hakekat Taubat
Kata taubat adalah terambil dari bahasa arab “taubatun”, kata tersebut berasal dari kata “taaba-yatubu-taubatun” yang artinya kembali. Orang yang taubat karena takut azab Allah disebut “taabiun” (isim fa’il dari taba). Orang bertaubat kepada Allah adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu, kembali dari sifat-sifat tercela menuju sifat yang terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridhai-Nya, kembali dari saling bertentangan menuju saling menjaga persatuan, kembali kepada Allah setelah meninggalkan-Nya dan kembali taat setelah melanggar larangan-Nya. Allah berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawah sungai-sungai...” (Q.S. at-Tahrim: 8).

2.      Penggolongan Taubat
Secara umum para Ulama’ membagi taubat menjadi tiga bagian, yaitu taubat Awam, taubat Khawash, dan taubat Akhash al-Khawash.
1)      Taubat Awam (Taubat Manusia Umum); yaitu taubat manusia secara umum. Yang dimaksud ialah bahwa hati seseorang tunduk dikarenakan dirinya telah melakukan perbuatan salah dan dosa. Dia menyebut-nyebut dosa yang telah dilakukannya di hadapan Allah swt. Hatinya bergetar menyesali yang telah lalu, dan dia tidak melakukannya kembali untuk kedua kalinya, serta dia berusaha memperbaiki dirinya. Taubat yang seperti ini disebut taubat manusia umum.
2)      Taubat Khawash (Taubat Orang-Orang Khusus); taubat tingkat ini sebagai pertanda meningkatnya makrifah manusia kepada Allah. Mereka merasa malu dikarenakan telah melakukan perbuatan-perbuatan yang makruh. Hatinya tunduk dan khusyuk di hadapan Allah, taubat semacam ini sebagaimana yang dilakukan nabi Adam yang menangis dan menyesal karena telah melanggar larangan Allah yaitu memakan buah khuldi. Nabi Yunus bertaubat dan  tunduk kepada Allah ketika berada dalam perut ikan paus. Dia melihat dirinya telah berbuat dzalim. Yaitu meninggalkan kaumnya sebelum ada perintah dari Tuhan. Nabi Yunus berkata:
Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menteru dalam keadaan yang sangat gelap:”Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang dzalim.”” (Q.S. al-Anbiya’: 87).

3)      Taubat Akhash al-Khawash; Tingkatan taubat yang paling tinggi ialah akhash al-khawash. Taubat Rasulullah manakala dia berkata, “Sesungguhnya ini adalah kebodohan pada hatiku, dan sesungguhnya aku akan memohon ampun kepada Allah sebanyak tujuh puluh kali dalam sehari.” Dengan kata lain, untuk membersihkan hatinya dari menaruh perhatian kepada selain Allah, Rasulullah beristighfar kepada Allah. Istighfar yang dilakukan benar-benar keluar dari lubuk hati, bukan hanya ucapan lisan atau hiasan bibir tanpa penhayatan.

3.      Tata Cara untuk Betaubat
1.      Menyadari kesalahan.
2.      Menyesali kesalahan.
3.      Memohon ampun kepada Allah (Istighfar).
4.      Berjanji tidak akan mengulanginya.
5.      Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal shaleh.

4.      Jenis Dosa dan Cara Taubatnya
a)      Dosa yang berkaitan dengan hak Allah; seperti berkata dusta, meninggalkan sholat lima waktu, berbuat syirik, meminum khamar, main perempuan, menyaksikan film-film yang mengundang syahwat. Semua di atas adalah termasuk dosa besar. Dosa-dosa yang seperti ini termasuk dosa yang berkaitan dengan hak Allah. Bagaimana bertaubat dari dosa semacam ini? Untuk bertaubat dari dosa yang semacam ini seseorang harus berhenti dari perbuatan dosa tersebut dan menyesali perbuatan yang telah dilakukan, memperbaiki diri, dan tidak melakukan dosa yang sama untuk kedua kalinya. Jika dia benar-benar memperbaiki dirinya, maka pasti Allah mengampuninya.
b)      Dosa yang berkaitan dengan hak Allah maupun hak Allah yang wajib ditutupi atau diqada; seperti orang yang tidak mengerjakan puasa. Seorang manusia yang meninggalkan puasa dia berdosa besar. Perbuatan meninggalkan puasa adalah dosa besar, sehingga apabila seseorang meninggalkan satu hari puasa dengan sengaja, maka dia harus berpuasa selama enam puluh hari sebagai kaffarah dari perbuatannya. Di samping juga harus mengqada puasa yang ditinggalkannya, atau dia memberi makan enam orang miskin. Adapun jika seseorang tidak membayar zakat pada hakikatnya dia tengah memakan api neraka. Namun jika mereka bertaubat, dengan menyesali apa yang telah dilakukan, dan bertekad sejak saat itu hingga seterusnya mereka akan selalu mengerjakan sholat, mengqada kewajiban puasa yang ada di pundaknya dan membayar zakat, baik yang sekarang maupun yang telah lalu, maka pasti Allah akan mengampuninya, betapapun besarnya dosa yang dia miliki.
c)      Dosa yang terkait dengan hak manusia yang tidak membutuhkan kepada pengganti; dosa jenis ini seperti perbuatan Ghibah, mengumpat, mencari-cari kesalahan orang atau menggunjing. Mengumpat adalah perbuatan dosa besar. Pada hari kiamat orang-orang yang suka mengumpat dan menuduh, akan diletakkan di atas darah dan nanah selama lima puluh ribu tahun, hingga semua orang telah selesai dari menjalani hisab, kemudian setelah ini mereka dipindahkan ke dalam neraka Jahanam. Namun, jika mereka beratubat dan tidak mengumpat lagi, serta menyesali apa yang telah mereka lakukan dan memperbaiki dirinya, maka pasti Allah akan mengampuninya. Sehingga dia kembali tidak ubahnya menjadi seperti seorang bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya. Dan jika dia bisa menghilangkan tuduhan yang telah dia alamatkan kepada orang lain, dan menjaga martabat dan kehormatan mereka, serta pergi kepada setiap orang yang telah diumpatnya untuk meminta keridaanya, hal yang demikian merupakan perbuatan yang baik.
d)     Dosa yang berkaitan dengan hak manusia, yang wajib dikembalikan kepada mereka; kategori dosa jenis ini diantaranya memakan harta orang lain, walaupun hanya sekedar satu karat, walaupun hanya sebutir gandum. Setiap orang yang memakan harta orang lain dengan cara yang bathil, maka pada hari kiamat dia akan datang dengan membawa harta itu dipundaknya. Dia di hadirkan pada hari kiamat ke barisan di padang mahsyar dengan dipermalukan. Namun demikian, hak orang lain ini sendiri ada taubatnya, yaitu mengembalikan harta orang lain yang telah dighashabnya kemudian menyesali atas apa yang telah terjadi, dan tidak memakan harta haram lagi. Dia juga tidak boleh menjadi seperti seekor lintah yang menghisap darah manusia. Apabila tidak mempunyai harta untuk mengembalikan harta orang lain yang telah dighashabnya, maka dia harus bertekad untuk mengembalikannya manakala dia telah mampu. Jika dia melakukan dengan konsisten, maka taubatnya akan diterima oleh Allah.

5.      Membiasakan Diri Bertaubat
Setiap manusia sudah seharusnya senantiasa mengingat taubat dan harus tetap tumbuh di dalam hari setiap muslim sampai meninggal dunia. Hati setiap muslim wajib senantiasa bergetar di hadapan keagungan Allah Dzat Yang Maha menerima taubat hambanya. Hati setiap muslim harus senantiasa memperhatikan dan meneliti kesalahan dan dosa, sehingga tidak terulang kembali. Seorang mu’min tidak boleh kehilangan tongkat dua kali dan tidak boleh jatuh pada lubang sama dua kali.
Jika seorang betaubat dari dosanya dengan taubat yang sesungguhnya (taubatan nasuha) maka tidak ubahnya dia seperti orang yang tidak mempunyai dosa. Setelah bertaubat, seseorang tidak ubahnya seperti bayi yang baru lahir dari ibunya. Manusia harus yakin bahwa bila seseorang melakukan dosa yang banyak dan pada saat yang sama mengurungkan niat untuk bertaubat dan mengatakan bahwa Allah tidak akan mengampuninya, maka justru perkataannya ini merupakan dosa yang besar yang mendekati kekufuran.
Orang yang berputus asa dari rahmat Allah, berarti dia telah melakukan dosa besar yang mendekati batas kekufuran. Karena, sesungguhnya Allah tetap membuka pintu taubat selama dia belum mati. Oleh karena itu, seseorang tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah. Dan tidaklah berputus asa dari rahmat Allah kecuali jika dia tidak beriman kepada Allah.
Oelh karena itu, seberapa pun besar dosa seseorang, walaupun menyamai buih di lautan lalu dia beratubat dari dosanya dan memperbaiki dirinya, serta bergetar hatinya dan menyesali apa yang telah dilakukannya, maka pasti Allah swt. mengampuninya. Sebuah syair berbunyi,”Kembalilah kepada-Ku bagaimanapun juga keadaanmu seandainya engkau seorang kafir atau penyembah berhala, kembalilah.” Pintu Kami ini bukanlah pintu keputusasaan, sekalipun engkau telah menghancurkan taubatmu hingga seratus kali, kembalilah.”Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat.” Artunya, bahwa Allah swt. menyukai seseorang yang betaubat, meskipun dia telah merusak taubatnya sebelumnya.

0 comments:

Post a Comment