Bismillahirrohmanirrohim
(dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
(dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
Taubat adalah cara kita meminta ampunan kepada Allah |
1. Hakekat Taubat
Kata taubat adalah
terambil dari bahasa arab “taubatun”, kata tersebut berasal dari kata
“taaba-yatubu-taubatun” yang artinya kembali. Orang yang taubat karena takut azab
Allah disebut “taabiun” (isim fa’il dari taba). Orang bertaubat kepada Allah
adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu, kembali dari sifat-sifat
tercela menuju sifat yang terpuji, kembali dari larangan Allah menuju
perintah-Nya, kembali dari maksiat menuju taat, kembali dari segala yang
dibenci Allah menuju yang diridhai-Nya, kembali dari saling bertentangan menuju
saling menjaga persatuan, kembali kepada Allah setelah meninggalkan-Nya dan
kembali taat setelah melanggar larangan-Nya. Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawah sungai-sungai...” (Q.S. at-Tahrim: 8).
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawah sungai-sungai...” (Q.S. at-Tahrim: 8).
2. Penggolongan Taubat
Secara umum para Ulama’
membagi taubat menjadi tiga bagian, yaitu taubat Awam, taubat Khawash, dan
taubat Akhash al-Khawash.
1)
Taubat
Awam (Taubat Manusia Umum); yaitu taubat manusia secara umum. Yang dimaksud
ialah bahwa hati seseorang tunduk dikarenakan dirinya telah melakukan perbuatan
salah dan dosa. Dia menyebut-nyebut dosa yang telah dilakukannya di hadapan
Allah swt. Hatinya bergetar menyesali yang telah lalu, dan dia tidak
melakukannya kembali untuk kedua kalinya, serta dia berusaha memperbaiki
dirinya. Taubat yang seperti ini disebut taubat manusia umum.
2)
Taubat
Khawash (Taubat Orang-Orang Khusus); taubat tingkat ini sebagai pertanda
meningkatnya makrifah manusia kepada Allah. Mereka merasa malu dikarenakan
telah melakukan perbuatan-perbuatan yang makruh. Hatinya tunduk dan khusyuk di
hadapan Allah, taubat semacam ini sebagaimana yang dilakukan nabi Adam yang
menangis dan menyesal karena telah melanggar larangan Allah yaitu memakan buah
khuldi. Nabi Yunus bertaubat dan tunduk
kepada Allah ketika berada dalam perut ikan paus. Dia melihat dirinya telah
berbuat dzalim. Yaitu meninggalkan kaumnya sebelum ada perintah dari Tuhan.
Nabi Yunus berkata:
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi
dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya
(menyulitkannya), Maka ia menteru dalam keadaan yang sangat gelap:”Bahwa tidak
ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah termasuk
orang-orang yang dzalim.”” (Q.S. al-Anbiya’: 87).
3) Taubat Akhash al-Khawash; Tingkatan taubat yang
paling tinggi ialah akhash al-khawash. Taubat Rasulullah manakala dia berkata,
“Sesungguhnya ini adalah kebodohan pada hatiku, dan sesungguhnya aku akan
memohon ampun kepada Allah sebanyak tujuh puluh kali dalam sehari.” Dengan kata
lain, untuk membersihkan hatinya dari menaruh perhatian kepada selain Allah,
Rasulullah beristighfar kepada Allah. Istighfar yang dilakukan benar-benar
keluar dari lubuk hati, bukan hanya ucapan lisan atau hiasan bibir tanpa penhayatan.
3. Tata Cara untuk Betaubat
1.
Menyadari
kesalahan.
2.
Menyesali
kesalahan.
3.
Memohon
ampun kepada Allah (Istighfar).
4.
Berjanji
tidak akan mengulanginya.
5. Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal shaleh.
4. Jenis Dosa dan Cara Taubatnya
a)
Dosa
yang berkaitan dengan hak Allah; seperti berkata dusta, meninggalkan sholat
lima waktu, berbuat syirik, meminum khamar, main perempuan, menyaksikan
film-film yang mengundang syahwat. Semua di atas adalah termasuk dosa besar.
Dosa-dosa yang seperti ini termasuk dosa yang berkaitan dengan hak Allah.
Bagaimana bertaubat dari dosa semacam ini? Untuk bertaubat dari dosa yang
semacam ini seseorang harus berhenti dari perbuatan dosa tersebut dan menyesali
perbuatan yang telah dilakukan, memperbaiki diri, dan tidak melakukan dosa yang
sama untuk kedua kalinya. Jika dia benar-benar memperbaiki dirinya, maka pasti
Allah mengampuninya.
b)
Dosa
yang berkaitan dengan hak Allah maupun hak Allah yang wajib ditutupi atau
diqada; seperti orang yang tidak mengerjakan puasa. Seorang manusia yang meninggalkan
puasa dia berdosa besar. Perbuatan meninggalkan puasa adalah dosa besar,
sehingga apabila seseorang meninggalkan satu hari puasa dengan sengaja, maka
dia harus berpuasa selama enam puluh hari sebagai kaffarah dari perbuatannya.
Di samping juga harus mengqada puasa yang ditinggalkannya, atau dia memberi
makan enam orang miskin. Adapun jika seseorang tidak membayar zakat pada
hakikatnya dia tengah memakan api neraka. Namun jika mereka bertaubat, dengan
menyesali apa yang telah dilakukan, dan bertekad sejak saat itu hingga
seterusnya mereka akan selalu mengerjakan sholat, mengqada kewajiban puasa yang
ada di pundaknya dan membayar zakat, baik yang sekarang maupun yang telah lalu,
maka pasti Allah akan mengampuninya, betapapun besarnya dosa yang dia miliki.
c)
Dosa
yang terkait dengan hak manusia yang tidak membutuhkan kepada pengganti; dosa
jenis ini seperti perbuatan Ghibah, mengumpat, mencari-cari kesalahan orang
atau menggunjing. Mengumpat adalah perbuatan dosa besar. Pada hari kiamat
orang-orang yang suka mengumpat dan menuduh, akan diletakkan di atas darah dan
nanah selama lima puluh ribu tahun, hingga semua orang telah selesai dari
menjalani hisab, kemudian setelah ini mereka dipindahkan ke dalam neraka
Jahanam. Namun, jika mereka beratubat dan tidak mengumpat lagi, serta menyesali
apa yang telah mereka lakukan dan memperbaiki dirinya, maka pasti Allah akan
mengampuninya. Sehingga dia kembali tidak ubahnya menjadi seperti seorang bayi
yang baru dilahirkan oleh ibunya. Dan jika dia bisa menghilangkan tuduhan yang
telah dia alamatkan kepada orang lain, dan menjaga martabat dan kehormatan
mereka, serta pergi kepada setiap orang yang telah diumpatnya untuk meminta
keridaanya, hal yang demikian merupakan perbuatan yang baik.
d) Dosa yang berkaitan dengan hak manusia, yang
wajib dikembalikan kepada mereka; kategori dosa jenis ini diantaranya memakan
harta orang lain, walaupun hanya sekedar satu karat, walaupun hanya sebutir
gandum. Setiap orang yang memakan harta orang lain dengan cara yang bathil,
maka pada hari kiamat dia akan datang dengan membawa harta itu dipundaknya. Dia
di hadirkan pada hari kiamat ke barisan di padang mahsyar dengan dipermalukan.
Namun demikian, hak orang lain ini sendiri ada taubatnya, yaitu mengembalikan harta
orang lain yang telah dighashabnya kemudian menyesali atas apa yang telah
terjadi, dan tidak memakan harta haram lagi. Dia juga tidak boleh menjadi
seperti seekor lintah yang menghisap darah manusia. Apabila tidak mempunyai
harta untuk mengembalikan harta orang lain yang telah dighashabnya, maka dia
harus bertekad untuk mengembalikannya manakala dia telah mampu. Jika dia
melakukan dengan konsisten, maka taubatnya akan diterima oleh Allah.
5. Membiasakan Diri Bertaubat
Setiap
manusia sudah seharusnya senantiasa mengingat taubat dan harus tetap tumbuh di
dalam hari setiap muslim sampai meninggal dunia. Hati setiap muslim wajib
senantiasa bergetar di hadapan keagungan Allah Dzat Yang Maha menerima taubat
hambanya. Hati setiap muslim harus senantiasa memperhatikan dan meneliti
kesalahan dan dosa, sehingga tidak terulang kembali. Seorang mu’min tidak boleh
kehilangan tongkat dua kali dan tidak boleh jatuh pada lubang sama dua kali.
Jika
seorang betaubat dari dosanya dengan taubat yang sesungguhnya (taubatan nasuha) maka tidak ubahnya dia
seperti orang yang tidak mempunyai dosa. Setelah bertaubat, seseorang tidak
ubahnya seperti bayi yang baru lahir dari ibunya. Manusia harus yakin bahwa
bila seseorang melakukan dosa yang banyak dan pada saat yang sama mengurungkan
niat untuk bertaubat dan mengatakan bahwa Allah tidak akan mengampuninya, maka
justru perkataannya ini merupakan dosa yang besar yang mendekati kekufuran.
Orang
yang berputus asa dari rahmat Allah, berarti dia telah melakukan dosa besar
yang mendekati batas kekufuran. Karena, sesungguhnya Allah tetap membuka pintu
taubat selama dia belum mati. Oleh karena itu, seseorang tidak boleh berputus
asa dari rahmat Allah. Dan tidaklah berputus asa dari rahmat Allah kecuali jika
dia tidak beriman kepada Allah.
Oelh
karena itu, seberapa pun besar dosa seseorang, walaupun menyamai buih di lautan
lalu dia beratubat dari dosanya dan memperbaiki dirinya, serta bergetar hatinya
dan menyesali apa yang telah dilakukannya, maka pasti Allah swt. mengampuninya.
Sebuah syair berbunyi,”Kembalilah kepada-Ku bagaimanapun juga keadaanmu
seandainya engkau seorang kafir atau penyembah berhala, kembalilah.” Pintu Kami
ini bukanlah pintu keputusasaan, sekalipun engkau telah menghancurkan taubatmu
hingga seratus kali, kembalilah.”Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertaubat.” Artunya, bahwa Allah swt.
menyukai seseorang yang betaubat, meskipun dia telah merusak taubatnya
sebelumnya.
0 comments:
Post a Comment