Bismillahirrohmanirrohim
(dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
1. Kenabian Isma’il
(dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
1. Kenabian Isma’il
Nabi
Isma’il adalah nabi dan rasul yang menyampaikan risalah ditengah-tengah suku
bangsa Arab yang telah hidup bersama-sama mereka. Tentang kenabiannya
diterangkan Allah dalam Al-Qur’an:
“Dan ceritakanlah (hai
Muhammad) kepada mereka, kisah Isma’il (yang tersebut) didalam Al-Qur’an.
Sesungguhnya adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul
dan nabi.” (QS. Maryam: 54)
2. Ibrahim Diberi Keturunan
Setiap
pasangan suami istri dalam membina rumah tangga tentu menginginkan dan
mendambahkan kehadiran keturunan yang nanti dapat meneruskan perjuangan
pendahulunya atau dapat mewarisi apa yang ada dalam keluarga tersebut, demikian
juga dengan Nabi Ibrahim yang sudah lama mendambahkan hadirnya seorang
keturunan yang dapat meneruskan perjuangan orang tuanya.
Setelah perkawinannya
dengan Siti Sarrah tidak membuahkan keturunan, maka Siti Sarrah menawarkan
kepada Ibrahim agar menikah lagi dengan seorang wanita pelayanya sendiri yang
bernama Hajar, karena menurut pandangan Sarrah, Hajar sangat cocok sekali
menjadi istri Ibrahim, disamping parasnya cantik, budi pekertinya juga baik.
Anjuran istrinya dituruti oleh Ibrahim, dan tidak lama kemudian Hajar
mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang bernama Isma’il.
3. Ibrahim Menerima Wahyu untuk Meninggalkan Hajar
Dengan
lahirnya bayi laki-laki tersebut, tidak hanya Ibrahim dan Hajar saja yang
bahagia, Sarrahpun juga ikut merasa bahagia atas kelahiran seorang bayi.
Kegembiraan Sarrah atas bayi itu tidak berlangsung lama, karena tidak lama
kemudian Sarrah merasa iri hati kepada Hajar. Maka Sarrah meminta kepada
Ibrahim agar menjauhkan keduanya, dan saran tersebut diterima dengan baik oleh
Ibrahim, karena tidak lama kemudian Ibrahim menerima wahyu agar meninggalkan
Hajar, dan perintah tersebut dilakukan oleh Ibrahim dengan tawakkal dan sabar.
Dalam
kepergiannya mereka sampai disuatu tempat yang tandus, berbatu dan tidak ada
sebuah pepohonan untuk berteduh dan tidak ada satupun tempat untuk berlindung
dari hembusan angin malam. Dan ditempat itulah Hajar dan Isma’il ditinggalkan
berdua. Setelah meninggalkan anak dan istrinya Ibrahim pergi mengembara tanpa
arah dan tujuan demi mengemban tugas dari Allah. Rasanya berat sekali bagi
Ibrahim meninggalkan anak dan istrinya, tapi demi mengemban risalah dari Allah
akhirnya berangkat.
Dalam
meninggalkan anak dan istrinya, Ibrahim tidak meninggalkan bekal apapun kepada
anak istrinya, padahal ditempat itu tidak ada air yang dapat diminum dan juga
tidak ada tumbuh-tumbuhan yang dapat diminum. Dalam kepergiannya Ibrahim hanya
mengucapkan kalimat do’a yang berbunyi:
“Ya Tuhan kami,
sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak
mempunyai tanaman di dekat Rujah Engkau (Baitullah) yag dihormati, ya Tuhan
kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan sholat, maka jadikanlah hati
sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rizkilah mereka dari
buah-buahan, mudah-mudahan mereka dapat bersyukur. Ya Tuhan kami, sesungguhnya
Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan, dan
tidak ada suatu apapun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi
maupun yang ada di langit.” (QS. Ibrahim: 37-38)
4. Terjadilah Sumur Zam-Zam
Dengan
berbekal tawakkal dan kesabaran, Hajar hanya memakan apa yang ditanah yang
gersang dan tandus. Ketika sang bayi menangis lantaran merasa haus dan dahaga,
sedangkan tidak ada air yang dapat diminum. Maka Siti Hajar berlari kesana
kemari untuk mencari air, dan akhirnya dalam lari tersebut Hajar melihat ada
sebuah bukit, dengan hati yang senang Hajar berlari mendekati bukit tersebut,
sesampainya di atas bukit tersebut (Shofa) tidak ditemukan sedikitpun air, dan
dari puncak bukit itu Hajar melihat lagi ada gumpalan air yang sangat jernih dari
sebuah gunung, akhirnya Hajar berlari lagi mendekati sumber air tersebut.
Kejadian berlari-lari tersebut dilakukan oleh Hajar sampai 7 kali.
Dalam
lari-lari tersebut Hajar dikejutkan oleh suara malaikat yang memberitahukan
bahwa anaknya yang menangis itu telah menggaruk-garukkan kakinya ke tanah, yang
akhirnya dari tanah itu keluar air yang mengalir dengan derasnya, melihat
kejadian yang demikian itu Hajar terperanjat sambil berkata zam-zam
(kumpulah-kumpulah). Akhirnya sumber air yang terpancar itu berkumpul menjadi
satu, dan akhirnya sumur itu diberi nama zam-zam.
Dengan
adanya sumur zam-zam tersebut, maka tempat itu menjadi ramai karena didatangi
oleh berbagai macam burung yang menikmati sumur tersebut, dan dari jejak burung
itu, dapat diketahui oleh manusia akan adanya sumber air, yang akhirnya manusia
yang tahu berdatangan untuk menikmati air sumur tersebut.
Dari cara perjalananya
Hajar dan Isma’il terambil bagian dari amalan Haji yang diwajibkan bagi umat
Islam, misalnya lari (sa’i) antara bukit Shofa dan Marwa sebanyak tujuh kali.
5. Penyembelihan Isma’il
Sudah
bertahun-tahun Nabi Ibrahim pergi meninggalkan anak dan istrinya untuk
menjalankan perintah Allah, namun kepergiannya yang cukup jauh tersebut Nabi
Ibrahim masih ingat pada anak dan istrinya yang ditinggalkan di tanah yang
tandus dan gersang tersebut semoga selamat.
Setelah
lama berpisah dengan anak istrinya, akhirnya Ibrahim merasa rindu untuk segera
bertemu dan berkumpul dengan anak istrinya, akhirnya Ibrahim pergi untuk
menemui istri dan anaknya, dan ditemuinya istrinya ditempat yang sangat sepi dan
tandus sekarang berubah menjadi tempat yang ramai dan banyak dihuni oleh
manusia. Sekarang tempat itu diberi nama Mekkah.
Disuatu
tempat yang bernama padang Arafah, ditempat itulah Ibrahim, Isma’il dan Hajar
melepas kerinduannya, setelah itu mereka kembali ke Mekkah (tempat dimana sumur
zam-zam itu berada), ditengah jalan mereka berhenti (yang sekarang dinamakan
Muzdalifah), karena lelahnya ditempat itu mereka berhenti dan istirahat.
Pada
saat istirahat, Ibrahim tidur sejenak, pada saat tidur Ibrahim bermimpi bahwa
Allah memerintahkan untuk menyembelih Isma’il. Ketika Ibrahim terbangun dari
tidurnya, hari Ibrahim berdebar-debar, rupanya ujian Allah datang lagi, dan
ujian ini adalah yang paling berat yang harus dijalankan oleh Nabi Ibrahim.
Setelah
itu Ibrahim memanggil Isma’il dan menceritakan tentang mimpi yang dialami oleh
Ibrahim dan harus dilaksanakan. Mendengar cerita ayahnya, Isma’il menjawab
tanpa ragu-ragu: Wahai Bapakku, sekiranya itu perintah Allah, maka laksanakan
apa yang diperintahkanNya, dan insya allah aku tetap tabah.
Ketika
Ibrahim hendak melakukan penyembelihan, tiba-tiba tangan kiri Ibrahim yang
memegang leher Isma’il diganti oleh Allah dengan hewan Qurban. Penyembelihan
[ada diri Isma’il terjadi pada tanggal 10 Dzulhijjah dan bertempat di Mina. Dan
sekarang oleh umat Muhammad yang melakukan ibadah haji sama melakukan
penyembelihan qurban di Mina, ban bagi umat Islam yang tidak melakukan
penyembelihan qurban yang didahului dengan sholat idhul Adha.
Keterangan
tersebut ditulis oleh Allah:
“Ya Tuhan, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk
orang-orang shaleh, Maka kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang
sabar (yakni Isma’il). Maka tatkala anak itu sampai (pada umur) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu. Ia
menjawab: Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.tatkala keduanya telah
berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya nyatalah
kesabaran keduanya. Dan kami panggillah dia: Hai Ibrahim sesungguhnya
demikianlah kami telah memberi alasan kepada orang-orang yang berbuat
baik.sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak
itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu
(pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu)
kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim. Demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang
beriman. Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang Nabi
yang termasuk orang-orang yang shaleh, Kami limpahkan keberkatan atasnya dan
atas Ishaq. Dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang
dzalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.” (QS. Ash Shofat: 100-113)
6. Isma’il dan Wanita Jurhum
Setelah
menginjak usia dewasa, Isma’il oleh ibunya dinikahkan dengan seorang wanita
Jurhum yang tidak mempunyai budi pekerti yang baik, sehingga dengan wanita
tersebut tidak berlangsung lama.
Sewaktu
Ibrahim berkunjung ke rumah Isma’il, dan pada waktu itu Isma’il tidak ada
dirumah, hanya istrinya saja yang berada di rumah. Ibrahim berkata: Dimana
Isma’il?. Isma’il keluar berburu. Jawab istrinya. Ibrahim bertanya lagi:
bagaimana keadaan rumah ini?. Istrinya menjawab: keadaan rumah ini berada dalam
kesulitan dan kesempitan, dan istriya juga menceritakan kejelekan Isma’il.
Setelah mendengar pengaduan dari menantunya tersebut, Ibrahim langsung minta
pamit dan berpesan kepada Isma’il, bahwa ambang pintu sebelah ini cepat
diganti.
Ketika Isma’il datang
dari berburu, istrinya menceritakan tentang kedatangan Ibrahim, dan
menyampaikan pesan Ibrahim, bahwa ambang pintu sebelah ini harus cepat diganti.
Dengan bahasa isyarat itu Isma’il mengerti bahwa saya harus menceraikan
istrinya dan menikah lagi dengan seorang wanita lain.
7. Ibrahim dan Isma’il Mendirikan Ka’bah
Setelah
lama Nabi Ibrahim pergi mengembara untuk menyampaikan ajaran kepada para hamba
yang ditemui sampai di pelosok-pelosok padang pasir yang amat luas, Nabi
Ibrahim menerima wahyu dari Allah untuk membangun rumah Allah (Ka’bah) didekat
telaga zam-zam. Maka ditemuinya Isma’il bersama-sama mendirikan Ka’bah sebagai
tempat untuk menyembah Allah.
Setiap
kali mereka berdua selesai bekerja mengerjakan bangunan itu, maka mereka berdua
berdo’a kehadirat Allah: Ya Allah terimalah persembahan kami, jadikanlah kami
berdua orang yang tunduk dan patuh kepada Engkau, begitu pula anak dan
keturunan kami semua menjadi umat yang patuh dan tunduk, pertunjukkanlah kepada
kami akan cara peribadatan kami, berilah ampun terhadap kami, karena Engkau
yang Maha Pengampun dan Pengasih.
Dalam
membagun rumah Allah, Ibrahim dan Isma’il meletakkan sebuah batu besar berwarna
hitam mengkilat, dan sebelum meletakkan batu tersebut, diciumnya batu tersebut
sambil mengelilingi bengunan itu. Batu itu sampai sekarang dikenal dengan nama
“Hajar Aswad” dan setiap orang yang melakukan ibdah haji melakukan thawaf
keliling ka’bah sambil mencium batu ini.
Setelah
pembangunan itu selesai, Allah memerintahkan Ibrahim dan Isma’il, agar menjaga
kebersihan, keamanan dan lain sebagainya. Keterangan tersebut tertulis oleh
Allah dalam Al-Qur’an:
“Dan (ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah
itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan
jadikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat sholat. Dan telah Kami perintahkan
kepada Ibrahim dan Isma’il: Bersihkanlah RumahKu untuk orang-orang yang thowaf,
yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo’a: Ya Tuhanku,
jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rizki dari
buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan
hari kemudian. Allah berfirman: Dan kepada orang kafirpun Aku beri kesenangan
sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah
seburuk-buruk tempat kembali. Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan (membina)
dasar-dasar Baitullah bersama Isma’il (seraya berdo’a): Ya Allah Tuhan kami,
terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang
yang tunduk dan patuh kepada Engkau dan
tunjukanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan
terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang. ” (QS. Al-Baqarah: 125-128)
Setelah
Allah mengajarkan kepada Ibrahim dan Isma’il cara-cara melaksanakan ibadah
haji, maka Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk melaksanakan ibadah haji
dan mengunjungi Ka’bah, sebagai mana firman Allah:
“Dan berserulah (hai Ibrahim) kepada manusia untuk mengerjakan haji,
niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta
yang kurus (karena sangat jauhnya) yang datang dari segenap penjuru yang jauh,
supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka
menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rizki yang Allah
berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian
daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang
sengsara lagi fakir.” (QS. al-Haj: 27-28)
8. Khitannya Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il
Perintah
Allah ini sudah ada sejak zaman Nabi Adam, adapun sebab dari adanya perintah
khitan karena Nabi Adam pernah bernadzar apabila taubatnya diterima Allah, maka ia berjanji akan memotong sebagian dari
anggota badanya. Ketika Allah menerima taubatnya, maka malaikat Jibril
menunjukkan anggota badan yang harus dipotong (sunat atau khitan) sebagaimana
yang berlaku pada umat Nabi Muhammad saat ini.
Pada
zaman Nabi Ibrahim perintah khitan ini turun setelah Nabi Ibrahim berumur 80
tahun, sehingga menurut satu riwayat Nabi Ibrahim melaksanakan khitan dengan
menggunakan kapak. Dan perintah khitan ini juga dilaksanakan oleh seluruh
umatnya sebagaimana firman Allah:
“Kemudian Kami wahyukan kepada engkau (ya Muhammad) hendaklah engkau
mengikuti kepercayaan Nabi Ibrahim dengan sebulat hati.” (QS. an-Nahl: 123)
9. Ibrahim Ketamuan Malaikat
Pada
suatu hari ketika Ibrahim dan Siti Sarrah sedang duduk-duduk, tiba-tiba
datanglah seorang tamu yang tidak dikenal sebelumnya, setelah tamu tersebut
duduk lalu mengatakan bahwa dirinya itu malaikat Allah, yang diperintahkan
Allah menyampaikan kabar gembira kepada Ibrahim dan Sarrah yakni engkau akan
dianugerahi seorang anak yang bernama Ishaq. Mendengar berita tersebut, Sarrah
terkejut, karena usianya sudah 90 tahun, mana bisa melahirkan, dan aku sudah
mandul. Malaikat menjawab: Itu adalah hal yang sangat mudah bagi Allah, dan
memang itulah perintah Allah yang saya bawa kemari. Akhirnya memang benar janji
Allah, karena tidak lama kemudian Siti Sarrah melahirkan seorang anak laki-laki.
Sebagaimana firman yang Allah yang terdapat dalam surah Adz Dzariat ayat 23-24.
0 comments:
Post a Comment